PEKANBARU – Jikalahari Riau menyoroti Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Siak – Sungai Kampar. Dari Temuan Jikalahari di bentang KHG Sungai Kampar- Sungai Siak sepanjang 2019 – 2023 perusahaan terafiliasi APRIL (PT RAPP Sektor Dayun dan PT Selaras Abadi Utama) menemukan kebakaran terjadi di dalam konsesi perusahaan, membuka kanal baru, menebang hutan alam, berkonflik dengan Masyarakat adat dan tempatan serta memanen dan menanam akasia di areal bekas terbakar 2015 – 2017.
Menurut Kordinator Jikalahari, Kehadiran Perusahaan HTI Group PT RAPP telah merusak lahan gambut dengan cara membakar, membuat kanal dan menebang hutan alam.
Dalam pertemuan dan deklarasi oleh Badan Restorasi Gambut beberapa hari lalu, perusahaan menutupi perusakan gambut, menghancurkan hutan alam dan perampasan hutan tanah Masyarakat adat. Dan perusahaan diberi ruang oleh pemerintah untuk greenwashing,” kata Made Ali
Padahal, menjaga gambut dari karhutla dan kerusakan adalah kewajiban perusahaan. Oleh karenanya peran pemerintah terhadap perusahaan mengawasi, mengevaluasi dan melakukan penegakkan hukum bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan oleh perusahaan bukan malah sebaliknya.
“ Pemerintah harus menegakan hukum, Bukan memberi ruang dan menutupi kejahatan yang dilakukan oleh perusahaan,” ujar Made
Hasil analisis Jikalahari, selain KHG Sungai Siak – Sungai Kampar ada KHG yang kondisinya lebih parah dan perlu tindakan segera dari pemerintah seperti KHG Sungai Rokan – Sungai Siak Kecil, KHG Sungai Kampar – Sungai Gaung dan KHG Sungai Gaung – Sungai Batangtuaka.
Harusnya pemerintah meminta komitmen dari seluruh penanggung jawab usaha di dalam KHG, bukan hanya KHG Sungai Siak dan Kampar. Sebab, Riau sedang menghadapi tingginya ancaman karhutla terutama di kawasan gambut.
Analisis hotspot Jikalahari sepanjang 2015 – 2023 menemukan, hotspot paling banyak tersebar di KHG Sungai Rokan – Sungai Siak Kecil 2.151 titik, KHG Sungai Kampar – Sungai gaung 1.117 titik, KHG Sungai Gaung – Sungai Batangtuaka 992 titik, KHG Sungai barumun – Sungai Kubu 801 titik dan KHG Pulau Rupat 749 titik.
Selain hotspot, Jikalahari juga melakukan analisis terkait tutupan hutan alam di dalam KHG. Paling luas di KHG Sungai Siak – Sungai Kampar seluas 276.695,77 ha, KHG Sungai Rokan – Sungai Siak Kecil seluas 199.980,10 ha, KHG Sungai Kampar – Sungai Gaung 164.655,38 ha, KHG Sungai Gaung – Sungai Batangtuaka 98.230,79 ha dan KHG Pulau Padang 35.389, 78 ha.
Selain masalah lingkungan, ada kerugian negara dari sektor pajak, dari Pansus Monitoring Evaluasi Perizinan, DPRD Riau tahun 2015 menemukan potensi kerugian Negara dari pajak yang tidak disetor APRIL senilai Rp 6,5 Triliun. Rp 6,4 Triliun potensi kerugian negara dari pajak (PPH, PPN DN dan PBB P3) pertahun dan Pajak PSDH DR yang tak disetor Rp 14,9 miliar tahun 2010-2014.***