ROHUL, AMIRARIAU.COM-Langit di atas Menaming sore itu terlihat sedikit mendung. Selarik sinar mentari mengintip malu dibalik awan hitam, perlahan mulai turun ke ufuk barat. Sekawanan pipit terbang dan hinggap di ranting belukar dengan riangnya, mengiringi langkah langkah kami yang menyeruak di rimbunan semak.
Dari kejauhan, seraut wajah perempuan tua terlihat menatap penuh keheranan kedatangan kami ke ladangnya.
”Ada apa pak..?” tanya wanita yang mengaku bernama Ratinas boru Nasution itu.
Rasa heran dihati wanita 61 tahun itu mulai sirna, saat dijelaskan maksud kedatangan kami ingin melihat tanaman kacang kedele bantuan pemerintah di lahan kebunnya.
Bersama teman para petani se desa nya, Ratinas mendapatkan bantuan bibit unggul varitas kedele yang dibiayai dari APBN. untuk ditanam di atas lahan mereka keseluruhannya seluas 205 Hektar.
Tapi, sangat disayangkan, program penanaman kedele unggul yang diharapkan bisa mengangkat kesejahteraan petani itu, justru tidak sesuai harapan.
Menurut Ratinas, sebulan sejak dilakukan penanaman, pertumbuhan kedele itu sangat kerdil, bahkan ada yang tidak tumbuh sama sekali.
”Katanya bibit unggul, tapi kok kerdil begitu bentuknya,” ucapnya lirih sambil menunjuk pohon kedelai yang kerdil.
Wanita itu mengaku mendapat bantuan bibit kedelai itu sebanyak 60 kilogram untuk ditanami diatas satu hektar , tapi baru separoh yang ditanami, setelah melihat tanamannya kerdil, Dia memutuskan menghentikan penanaman.
Ratinas tidak sendirian mengalaminya, petani lain yang juga mendapat bantuan bibit unggul kedelai itu juga kecewa berat.
”Ya jelas kami rugi pak, sudah capek capek nanamnya dan mengolah lahannya, hasilnya ternyata begini, kami juga terpaksa menunda tanaman palawija lain yang biasa kami tanam sehari hari,” tukas Ratinas yang tinggal berdua di pondok ladang bersama suaminya yang sedang sakit.
Ratinas adalah potret petani miskin di Rokan Hulu. Dia bersama ratusan bahkan ribuan petani bernasib sama, sudah turun temurun berjuang memperbaiki kesejahteraannya.
Mereka setiap hari bekerja keras mengolah lahan kebun dan ladang yang tak seberapa luas dengan tanaman semusim alias palawija dengan berbagai jenis, seperti padi, jagung, kacang tanah, kedelai, singkong, terong dan lain lain.
Dengan seksama pula mereka mematuhi dan mengikuti petunjuk petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) demi meningkatkan hasil pertanian mereka.
Namun, selama ini dari hasil pertanian yang mereka jual ke pasaran, hanya cukup untuk kebutuhan sederhana sehari hari.
Cuaca di kebun Ratinas itu mulai gelap, angin semilir datang menerpa. Sebentar lagi malam akan menjelang.
Sebelum beranjak pamitan, perempuan bersahaja itu menawarkan kami untuk membawa sayuran, terong dan daun kemangi.
”Bawalah sayurannya untuk oleh oleh nanti dimasak di rumah bapak,” ucap Ratinas polos.
Kami pun beranjak pulang setelah bersalaman dan mengucapkan terima kasih.Langkah kami menapaki lahan pertanian itu diiringi tatapan penuh keikhlasan wanita itu. (Yus)