Tak Selamanya Menjijikan, Lalat Ternyata Bisa Memberi Tanda Aman Tidaknya Makanan

Sabtu, 08 April 2023 | 17:39:10 WIB
ilustrasi

PEKANBARU - Lalat sudah dianggap sebagai sesuatu menjijikan atau pembawa penyakit. Sebab, hewan ini hobinya hinggap di tempat yang kotor seperti sampah dan bangkai.

Tapi siapa menyangka, jika lalat ternyata bisa menjadi pertanda jika makanan atau takjil, sebutan kudapan saat berbuka puasa di Bulan Ramadhan mengandung zat kimia berbahaya atau tidak.

Lalat ternyata bisa menjadi indikator ampuh untuk menunjukkan kandungan bahan kimia yang membahayakan kesehatan pada berbagai makanan siap santap di pasaran.

Kandungan kimia seperti boraks, formalin atau pewarna tekstil sering didapati pada makanan sebagai bahan pengawet dan pewarna. Bahan-bahan itu, selain dilarang digunakan sebagai campuran bahan makanan, juga membahayakan fungsi organ tubuh seperti ginjal dan hati jika dikonsumsi manusia.

Boraks itu fungsinya untuk mengawetkan sekaligus menimbulkan rasa kenyal dan sering ditemukan pada makanan tertentu.

Bahan yang seharusnya digunakan sebagai disinfektan pada detergen itu dianggap bagus untuk mengawetkan krupuk agar tidak mudah melempem.

Bahan kimia lain yang sering ada pada makanan adalah formalin. Bahan ini lebih dikenal fungsinya untuk mengawetkan. Sering kali didapati ada pada ikan asin dan mie basah. Juga bahan perwarna non makanan seperti rodamin. Bahan ini banyak didapati pada bahan makanan berwarna.

Nah, jika makanan atau takjil mengandung zat-zat berbahaya itu. Lalat secara alami tidak akan ingin mendekat, apalagi hinggap.

Oleh karenanya, Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru Dokter Zaini Rizaldy, beberapa waktu lalu menghimbau warga ebih selektif membeli jajanan takjil tersebut. Hal itu bisa dilihat dari ciri-ciri fisiknya.

"Kalau warnanya terlampau cerah, itu dikhawatirkan menggunakan zat pewarna. Makanan terbuka tapi tak dihinggapi lalat, itu juga dikhawatirkan mengandung boraks atau formalin," ucap Dokter Bob.

Sebenarnya, banyak tips-tips makanan yang layak dan tidak dikonsumsi. Meski begitu, Dinkes dan BBPOM rutin melakukan pengawasan dengan melakukan uji sampel ke beberapa tempat Pasar Ramadhan.

"Kami memeriksa makanan yang dicurigai. Tapi, kebanyakan warga sudah paham," ujarnya.

Sehingga, takjil yang menggunakan zat-zat yang berbahaya mulai berkurang. Pada awal Ramadan, ada ditemukan beberapa takjil mengandung bahan berbahaya.

"Namun, jumlahnya tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Paling hanya satu atau dua temuan kemarin," ujar Dokter Bob.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru, katanya, menguji takjil secara acak di tiap Pasar Ramadhan. Tahun ini, temuan takjil mengandung zat berbahaya, berformalin, maupun mengandung boraks sudah jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Dari hasil pengamatan kami dengan BBPOM, memang ada ditemukan beberapa makanan atau takjil di pasar Ramadan yang tidak layak dikonsumsi. Artinya, ada zat-zat yang dilarang," tuturnya.***

Terkini