SETELAH reda beberapa tahun, pada tahun 2019 ini Provinsi Riau kembali dilanda oleh kabut asap yang bersumber dari karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Data yang diterima menyebutkan, setidaknya 1.136 hektar lahan terbakar, dan sebanyak 1.753 warga menderita ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) akibat karhutla.
Masyarakat di Provinsi Riau memang sempat “bernafas” sejenak manakala sejak beberapa tahun belakangan, kasus kabut asap yang terus mengancam, tidak terjadi lagi. Akibat sinergitas dari semua elemen, terutama pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Riau, langit di Riau pada musim kemarau sempat cerah untuk beberapa waktu, tidak ada kabut asap yang mengganggu.
Kondisi itu sangat disyukuri oleh masyarakat di provinsi ini. Kenapa tidak, selama sekitar 17 tahun Provinsi Riau setiap tahun terus dikepung kabut asap yang bersumber dari karhutla, yang terus terjadi setiap datang musim kemarau. Tidak hanya membuat sejumlah negara jiran ikut resah, kasus kabut asap yang selama beberapa tahun melanda Riau juga mendatangkan kerugian material yang tidak sedikit.
Tapi, belum terlalu lama “nafas kelegaan” itu dihembuskan, kembali kabut asap mengancam Riau. Itu terjadi di tahun 2019, ketika daerah ini belum masuk ke musim kemarau. Akibat karhutla di sejumlah kabupaten dan kota di Provinsi Riau yang terjadi sejak Januari hingga Februari 2019 ini terus meluas hingga mencapai 1.136 hektare. Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, mengatakan angka itu melonjak lebih dari 150 hektare dalam kurun waktu kurang dari 48 jam terakhir.
Menghadapi realitas dimaksud, Gubri (Gubernur Riau) Drs. H. Syamsuar M.Si. meminta semua pihak bersinergi, bekerja dan siaga 24 jam dalam menangani kasus karhutla. Hal ini dikatakan Syamsuar saat menggelar Rapat Koordinasi Satuan Tugas Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Karhutla di Provinsi Riau Tahun 2019 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Rabu (27/2).
Syamsuar mengintruksikan seluruh bupati dan wali kota segera mendirikan posko siaga darurat bencana. Itu dilakukan agar penanganan kebakaran lahan bisa cepat ditangani dan jika ada warga yang butuh pertolongan bisa langsung dibantu. “Dalam menangani kebakaran lahan dibutuhkan sinergisitas dan keterlibatan semua pihak. Apalagi saat ini cuaca di Riau masuk musim kering, sehingga cukup berpotensi terjadi kebakaran lahan. Penanganan Karhutla di Riau termasuk cepat dibandingkan sebelumnya,” ujar Syamsuar.
Syamsuar menyebutkan, karhutla bukan hanya menjadi atensi Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, melainkan semua unsur agar api tidak menyebar luas. Menurut Syamsuar, Badan Restorasi Gambut (BRG) sudah mendata titik-titik rawan Karhutla. Sehingga nantinya bisa dilakukan pemantauan melalui alat yang bisa mendeteksi kelembaban dan kekeringan tanah gambut.
“Kita memiliki perhatian besar secara bersama dengan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, dan masyarakat, untuk wilayah Riau. Dalam kesempatan ini Satuan Tugas (Satgas) sudah berfungsi dan siaga 24 jam,” ucap Syamsuar. Soal bagaimana penanganan dan anggarannya, Syamsuar mengatakan harus dikoordinasikan secara bersama-sama. Dia juga meminta tim gabungan yang sudah dibentuk jangan menunggu sudah parah, baru sibuk melakukan pemadaman.
Tak hanya sampai di sana, Gubri memerintahkan kepada seluruh bupati dan wali kota di provinsi berjuluk “Bumi Lancang Kuning” itu untuk segera mendirikan posko siaga kebakaran hutan dan lahan sebagai bentuk antisipasi meluasnya bencana tersebut pada musim kemarau/kering saat ini.
“Dalam waktu dekat kami turun ke seluruh kabupaten/kota. Mengajak para bupati dan wali kota agar menyiapkan posko darurat karhutla,” kata Syamsuar kepada Antara usai mengikuti kampanye akbar keselamatan berkendara yang diikuti 54.000 generasi muda milenial di Pekanbaru, Minggu.
Syamsuar mengatakan posko tersebut penting untuk didirikan mengingat saat ini sebagian wilayah di Riau memasuki musim kemarau/kering, sehingga, apabila terjadi kebakaran maka penanggulangannya akan lebih cepat dilakukan.
Syamsuar mengatakan bahwa tingkat akar rumput seperti Masyarakat Peduli Api (MPA) yang kini menyebar di seluruh Riau juga telah siap menjaga desa dan perkampungan dari Karhutla. “MPA sebenarnya sudah siap menghadapi kebakaran di Riau. Tapi dengan posko, kalau terjadi kebakaran, segera bisa bertindak,” ujarnya.
r
Lebih jauh, Syamsuar mengatakan untuk saat ini Pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah pusat tengah fokus menangani karhutla yang terjadi di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. Ia menjelaskan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto telah menuju dan meninjau langsung upaya pemadaman oleh tim gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, MPA dan masyarakat di pulau pesisir Selat Malaka itu.
Masih terkait hal yang sama, Gubernur Riau Syamsuar meminta agar lahan bekas kebakaran lahan dan hutan dihijaukan kembali dengan tanaman kopi. Sepanjang 2019 ini, kebakaran lahan dan hutan (karhutla) menghanguskan lebih dari 1.700 hektare, mayoritas berlokasi di pesisir. Syamsuar mengatakan, tanaman kopi liberika dinilai layak dikembangkan di Provinsi Riau. Apalagi, wilayah pesisir mayoritas merupakan lahan gambut.
Selain itu, Syamsuar mengatakan komoditas kopi saat ini diterima dengan baik di pasar dunia internasional dan sukses dibudidayakan di wilayah Kepulauan Meranti. Menurutnya, penanamam kopi di areal yang terpanggang oleh kebakaran lahan dan hutan merupakan salah satu solusi.
“Kami tidak berharap di situ ditanami dengan tanaman sawit lagi,” kata Syamsuar disela-sela ekspor beragam komoditas pertanian Provinsi Riau di Kantor Balai Karantina, kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Dia menyebut masyarakat Provinsi Riau masih memiliki pola pikir bahwa sawit merupakan sumber kehidupan utama. Padahal, kopi seperti jenis liberika telah sukses dikembangkan di wilayah pesisir, seperti Kepulauan Meranti, Riau.
Untuk itu, dia berharap kepada Kementerian Pertanian dapat membantu penyediaan bibit kopi untuk bisa dikembangkan di wilayah bekas Karhutla. “Kalau bisa ada bibit dari pemerintah, yang bisa cocok dengan tanaman gambut bekas terbakar. Jadi kalau bisa kita ekspor, salah satunya kopi. Itu jadi ikon internasional,” jelasnya.
Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, Ali Jamil menyambut baik rencana tersebut. Ali menyebut saat ini komoditas ekspor Provinsi Riau mayoritas masih ditopang dari kelapa dan kelapa sawit serta produk turunannya.
Untuk itu, dia mengatakan berdasarkan instruksi dari Presiden Joko Widodo, pihaknya siap membantu mempercepat kegiatan pengembangan dan ekspor komoditas pertanian dari Provinsi Riau. Salah satunya dengan menyiapkan sertifikasi produk-produk pertanian tujuan ekspor untuk bisa diterima di negara tujuan. “Provinsi Riau yang kaya akan produk pertanian ekspor ini juga dilakukan sertifikasi pelepasan ekspor terhadap komoditas pertanian lainnya,” ujarnya.
Informasi yang diterima menyebutkan, titik-titik api masih cukup banyak terdeteksi di pesisir Riau seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir hingga Indragiri Hilir. Sedangkan Kabupaten Bengkalis sejauh ini masih merupakan wilayah yang paling parah mengalami kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Sedikitnya lahan di lima kecamatan di Kabupaten kaya sumber daya alam Migas itu hangus terbakar.
Kasus itu berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Sejak Januari hingga 24 Februari 2019, ribuan warga terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) karena menghirup asap. “Sementara ini jumlah warga yang terkena ISPA sebanyak 1.753 orang akibat hirup kabut asap karhutla. Itu data terakhir yang kami catat pada Minggu (24/2/2019),” kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Diskes Riau dr Yohanes..
Dia tidak merincikan di wilayah mana saja warga yang terkena ISPA tersebut. Hanya saja, Yohanes menyebut, kasus ISPA paling banyak terdapat di Kota Dumai. “Sejauh ini tidak ada peningkatan kasus. Paling kasusnya di Dumai paling banyak. Tetapi, kondisi udara di Kota Dumai sudah mulai membaik kembali dan kabut asapnya mungkin mulai menurun,” kata Yohanes. Dia mengaku, tidak mengetahui jumlah kasus ISPA per kabupaten dan kota di Riau. “Kami cuma menerima data se-Riau saja,” sebut dia.
Yang juga ikut menanggung akibatnya adalah Kota Dumai, di mana kota ini indeks pencemaran udara sempat menyentuh level tidak sehat. “Kabut asap yang menyelimuti Kota Dumai merupakan kiriman dari kebakaran lahan di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dumai, Afrilagan, Senin (25/2/2019).
Afrilagan menjelaskan kondisi kabut asap akan terlibat menyelimuti langit Dumai saat tengah malam hingga pagi hari. Menjelang siang, asap akan hilang. “Asapnya itu kalau pagi hari masih kelihatan. Kalau hari ini diselimuti asap tipis, menjelang siang asap akan hilang,” kata Afri. Kondisi kabut asap tergantung dari arah mata angin. Jika arah angin dari Timur Laut menuju Barat Daya, kata Afri, maka dipastikan asap kebakaran lahan dari Bengkalis langsung mengarah ke Dumai. (e2/dari berbagai sumber)
(foto-foto: dari berbagai sumber)

