Perang Air di Kepulauan Meranti Diikuti Wisman 6 Negara

SELATPANJANG, AMIRARIAU.COM-Kalau Kabupaten Rohil (Rokan Hilir) punya agenda wisata bakar tongkang yang menyedot begitu banyak pengunjung setiap diselenggarakan, Kabupaten Kepulauan Meranti –daerah otonom termuda di Provinsi Riau– juga punya kegiatan wisata yang tidak kalah menariknya, yaitu Festival Perang Air.

Untuk penyelenggaraan tahun ini, wisman (wisatawan mancanegara) dari enam negara berencana untuk melancong ke Kota Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, untuk mengikuti Festival Perang Air pada akhir Februari 2018. “Tamu yang akan datang berasal dari Inggris, Jamaika, Thailand, Singapura, Malaysia dan Taiwan,” kata Ketua Festival Perang Air 2018, Uyung Permadi Salis di Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Rabu (14/2). Sementara itu, wisatawan nusantara dari luar Riau yang akan hadir sejauh ini terdata berasal dari Bandung, Jakarta, Jambi dan Papua.

Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Namun, perayaan Imlek di Selatpanjang berbeda dengan kota lainnya karena adanya tradisi perang air, atau yang dalam sebutan setempat “Cian Cui”. Pemerintah Kabupaten Meranti mengemas “Cian Cui” sebagai festival sejak 2013.

Tradisi perang air itu berlangsung setiap sore hari selama enam hari sejak Imlek, yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 16 Februari 2018. Perang Air tersebut berawal dari permainan anak-anak setempat saat Imlek, dan tidak terkait ritual sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.

Uyung mengatakan, jumlah wisatawan asing kemungkinan bisa bertambah karena yang terdata adalah mereka yang sudah diakomodir berdasarkan pemesanan kamar hotel. Sedangkan, pada Festival Perang Air hotel-hotel banyak yang penuh, sehingga kemungkinan ada wisatawan asing yang menyewa rumah warga sebagai homestay.

Data panitia perang air dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menyatakan, ada sekitar 36.000 wisatawan nusantara dan mancanegara yang ikut menghadiri Festival Perang Air pada 2017 lalu. Dari jumlah tersebut, sekitar lima persennya adalah turis mancanegara. Jumlah wisatawan meningkat dibandingkan 2016, yang mencapai 16.000 orang.

Para wisatawan biasanya ramai hadir pada Festival Perang Air sejak Imlek ketiga hingga puncak Imlek Keenam yang berlangsung pada tanggal 19 hingga 21 Februari. Pada malam tanggal 19 Februari akan diadakan malam pesta budaya yang pembukannya dipusatkan di Taman Cik Puan. Selain itu, pada malam Imlek Keenam, warga setempat biasanya menggelar pesta kembang api yang bisa berlangsung berjam-jam sampai dini hari. “Kota Selatpanjang sudah bersiap untuk perayaan Imlek. Sejauh ini sudah 7.500 lampion dipasang menghiasi jalan-jalan,” ujarnya.

Sementara Plt Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kepulauan Meranti, Ismail Arsyad menjelaskan, rencananya perhelatan tersebut akan dibuka langsung oleh Gubernur Riau, Ir Asryadjuliandi Rachman dan dihadiri perwakilan Kemenpar. “Perang Air atau lebih dikenal dengan sebutan Cian Cui itu dalam rangka menyambut Imlek di Kota Selatpanjang. Agenda ini telah masuk sebagai salah satu event yang tercatat didalam Calendar of Event Riau 2017,” ujar Ismail dalam keterangan persnya.

Menurut Ismail, di perhelatan ini wisatawan dari berbagai daerah dan luar negeri akan datang untuk merayakan event yang sangat seru itu. Wisatawan dapat bermain air dengan menggunakan tembak air sambil berkeliling kota menggunakan bentor alias becak motor. “Segala persiapan sudah kita laksanakan dan persiapkan dengan baik. Terima kasih juga kepada pihak Kemenpar yang memastikan hadir ke acara ini, karena kami sangat membutuhkan kehadiran tim Kemenpar agar bisa merekam data festival perang air tersebut, mulai dari awal acara hingga akhir acara,” ujar Ismail.

Tradisi perang air ini dalam perayaan Imlek di Kota Selatpanjang dari tahun ke tahun terus menjadi sorotan warga etnis Tionghoa dari belahan dunia. Setiap tahun, ribuan warga tionghoa dari berbagai negara mulai dari Malaysia, Singapore, Thailand, Australia bahkan dari China pun berkumpul di Kota Selatpanjang.

Mereka menghabiskan waktu untuk mengikuti tradisi unik yang hanya ada di Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten termuda di Provinsi Riau. “Bersiram-siram air dan semprotan busa berkeliling kota dengan menggunakan becak, sangat unik dan bikin happy,” imbuh Ismail.

Perang air merupakan tradisi masyarakat Tionghoa yang sudah lama dikembangkan. Selain dipopulerkan di Selatpanjang, juga dilaksanakan oleh negara ASEAN lainnya, yakni Thailand. Tradisi ini berlangsung selama 6 hari, terhitung sejak Imlek hari pertama. Tradisi ini pun mengalahkan tradisi perang air di Thailand yang disebut Songkran.

Acara ini dirayakan dengan pesta dan perang air, dimana penduduk kota akan saling menyiramkan air ke satu sama lain di sepanjang jalan. Kabupaten Kepulauan Meranti, 40 persen penduduknya adalah etnis Tionghoa. Tak heran kalau mereka memiliki tradisi Imlek yang seru dan menarik. Semua orang tua dan muda, mempersenjatai diri dengan bom air dalam kantung plastik, ember, gayung dan aneka jenis pistol air.

Mereka melawan peserta yang ada di becak motor lain dan juga melawan peserta yang menunggu di pinggir jalan. Ada ratusan becak motor yang terlibat dalam perang air ini. Etnis Tionghoa dan Melayu berbaur dalam suasana yang akrab. Kebanyakan warga Melayu tidak naik becak motor tapi menyerang dari pinggir jalan, atau menjual amunisi kantong berisi air yang sudah dibungkus plastik.

Penyelenggaraan Festival Perang Air di Kota Sagu, Selatpanjang kali ini diprakasai oleh Pemkab Kepulauan Meranti bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Riau. “Kita akan menarik para pelancong baik dari lokal maupun mancanegara melalui event perang air ini. Perang air ini merupakan bagian pariwisata yang sangat baru dan harus dikembangkan,” kata Ismail.

Rekaman festival perang air ini akan dimasukkan dalam data agenda Kemenpar. Dia berharap itu dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata di Indonesia. Ismail juga berharap, di kemudian hari agenda yang sudah berlangsung puluhan tahun itu dapat dipromosikan ke setiap provinsi yang ada di Indonesia dan dunia internasional untuk menarik minat wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.

“Roundown acara sudah kami persiapkan. Semoga Kabupaten Meranti Riau makin dikenal, baik nasional maupun dunia. Sehingga dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung melihat keunikan dan keanekaragaman adat budaya di Kabupaten ini,” pungkasnya. (e2/rol/dtc)

Foto-foto: dari berbagai sumber

gambar