BUKU ini aslinya dalam bahasa Inggris yang berjudul “Intellectuals in Developing Societies” yang ditulis oleh Syed Hussein Alatas terbitan Frank Cass, London, 1977. Edisi bahasa Indonesianya diterjemahkan oleh Bambang Supriady dengan penerbit LP3ES tahun 1988. Prof. Syed Hussein Alatas merupakan tokoh intelektual Malaysia yang juga mantan Rektor University of Malaysia, Kaualalumpur. Dalam buku ini dijelaskan bahwa mengapa memerlukan kaum intelektual dalam masyarakat membangun.
Dapat dibedakan antara kaum intelektual dan kaum bukan intelektual. Kaum intelektual adalah orang yang memusatkan diri untuk memikirkan idea dan masalah, bukan dan memecahkannya dengan menggunakan kemampuan akal, sedangkan kaum bukan intelektual adalah tidak adanya kemauan berpikir dan tidak mampu melihat akibat. Jadi kaum intelektual bukan hanya berpengetahuan lebih banyak, tetapi juga mempunyai kemampuan dan kemauan berpikir dan mengetahui segala akibat dari setiap tindakannya.
Buku ini terdiri dari 11 Bab. Bab pertama; latar belakang Malaysia : Catatan pribadi, bab kedua; kaum intelektual dan fungsinya, bab ketiga; bebalisme, bab keempat; orang pandir dalam masyarakat membangun, bab kelima; kaum intelektual dan masyarakat intelektual, bab keenam; keharusan adanya kaum intelektual, bab ketujuh; munculnya kaum intelektual, bab kedelapan; keterbelakangan dan kaum intelektual : Gejala Rusia dan masyarakat membangun, bab kesembilan; kaum elit mundur dan pemodenan, bab kesepuluh; ilmu pengetahuan dan kaum elit mundur, bab kesebelas; kaum elit mundur dan masalah penyebabnya.***
Oleh: Hasrul Sani Siregar, MA Alumni Ekonomi-Politik Internasional, IKMAS, UKM, Malaysia.