PEKANBARU, AmiraRiau.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat tingkat inflasi year on year (y-on-y) di Riau pada Juni 2025 mencapai 0,98 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,35.
Kepala BPS Provinsi Riau, Asep Riyadi, menjelaskan bahwa inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga pada delapan kelompok pengeluaran. Kenaikan tertinggi tercatat pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 10,34 persen, disusul kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 2,71 persen, serta kelompok pakaian dan alas kaki 1,89 persen.
"Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memberikan andil paling besar terhadap inflasi pada Juni ini, yakni 0,72 persen," kata Kepala BPS Riau Asep Riyadi didampingi Kabid Statistik Diskominfotik Riau Desi Riawati, Selasa (1/7/2025).
Kelompok pengeluaran lain yang turut menyumbang inflasi adalah kesehatan (1,74 persen), pendidikan (1,17 persen), transportasi (1,13 persen), perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,90 persen), serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,26 persen).
Di sisi lain, terdapat tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yakni makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,45 persen; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,31 persen; serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen.
"Komoditas yang dominan menyumbang inflasi y-on-y antara lain emas perhiasan, sigaret kretek, mesin, minyak goreng, daging ayam ras, beras, hingga angkutan udara," kata Asep.
Sementara itu, komoditas yang justru menekan inflasi atau memberikan andil deflasi di antaranya cabai merah, bawang merah, kentang, cabai rawit, ikan baung, dan beberapa komoditas hortikultura lainnya.
Secara month to month (m-to-m), Riau pada Juni 2025 mengalami deflasi sebesar 0,22 persen, sedangkan inflasi year to date (y-to-d) tercatat sebesar 1,28 persen.
"Deflasi m-to-m terjadi akibat penurunan harga beberapa bahan makanan, seperti cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang putih," jelas Asep.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS di empat kabupaten/kota, IHK Provinsi Riau pada Juni 2025 naik menjadi 108,59 dari 107,30 pada Juni 2024. Tembilahan menjadi daerah dengan inflasi tertinggi, yakni 2,19 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Kampar sebesar 0,57 persen.
Asep menegaskan, pihaknya akan terus memantau perkembangan harga berbagai komoditas agar inflasi tetap terkendali, terutama menjelang periode rawan kenaikan harga pada semester kedua tahun ini.
"Kami mengimbau masyarakat tetap bijak dalam berbelanja dan diharapkan pemerintah daerah terus memperkuat koordinasi pengendalian harga, terutama untuk komoditas pangan yang fluktuatif," imbaunya.
"Pemerintah daerah diharapkan dapat menjaga stabilitas harga, terutama pada sektor yang berkontribusi besar terhadap inflasi, guna menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi saat ini," tandas Asep.***