JAKARTA, AmiraRiau.com - Pedagang dan masyarakat Indonesia "menjerit" akibat lonjakan harga beras yang disusul dengan kelangkaan di sejumlah wilayah. Padahal, beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan ungkapan "belum makan kalau belum makan (mengonsumsi) nasi" identik dengan Indonesia.
Faktanya, penelitian yang dilakukan oleh Licorice: Southeast Asian Market Insights menunjukkan, 88,4 persen masyarakat Indonesia lebih menyukai nasi daripada makanan lainnya. Sekilas, hal tersebut tidak menjadi masalah mengingat Indonesia adalah negara agraris di mana produksi beras sangat melimpah.
Pada 2014, Indonesia sempat menjadi salah satu negara produsen beras terbesar di dunia, mengalahkan China dan India. Dilansir dari laman BPS, produksi beras di Indonesia pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 1.652,40 ton, mengalami kenaikan 274,40 ton atau 19,91 persen dibandingkan produksi beras di 2022.
Namun, pada awal 2024, harga beras justru mengalami kenaikan yang disusul dengan kelangkaan produk baik di pasar tradisional, ritel, hingga toko online.
Harga beras di Indonesia di atas HET
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024), harga beras di seluruh wilayah Indonesia berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, baik itu beras premium maupun medium, seperti dilansir dari laman Badan Pangan Nasional.
Sebagai contoh, harga beras premium rata-rata nasional Rp 15.810 per kilogram, lebih mahal dari HET yaitu Rp 12.800-Rp 13.600 per kg. Hal yang sama juga terjadi pada harga beras medium yang mencapai rata-rata nasional Rp 13.870 per kg, padahal HET hanya Rp 9.250-Rp 10.250 per kg.
Di Sukoharjo, Jawa Tengah, beras premium mencapai Rp 16.000 per kilogram. Salah satu pedangang beras di Pasar Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Welas (66) mengatakan bahwa kenaikan harga beras sudah terasa sejak awal 2024. Hampir setiap hari beras mengalami kenaikan mulai dari Rp 200-300 per kg.
"Tiap hari naik. Kadang ya Rp 200, Rp 300 sampai kira-kira ya Rp 4.000 per kilogram. Kenaikannya dari awal tahun. Sekarang yang premium Rp 16.000 per kilogram," kata dia, dilansir dari Kompas.com (9/2/2024).
Di Bandung, Jawa Barat, pedagang beras di Pasar Kosambi, Andri mengaku harga beras medium mengalami kenaikan dari yang semula Rp 13.000 per kg kini menjadi Rp 15.000 per kg. Kenaikan harga beras medium itu tidak dibarengi dengan kualitas beras medium yang justru menurun.
"Ada beras medium, tapi kualitasnya di bawah, tidak seperti biasanya. Banyak yang patah dan bubuk,” kata dia, dilansir dari Kompas.com (12/2/2024).
Tak hanya di kalangan pedagang beras, agen sembako di Jalan Raya Poltangan, Jakarta Selatan juga mengeluhkan hal yang sama. Agen di Toko Sembako Ery bernama Arif Budiman (38) mengatakan, harga beras premium sudah menyentuh angka Rp 17.000 per kg, seperti dilansir dari Kompas.com (13/2/2024).
Berdasarkan pengalamannya, kenaikan harga beras tahun ini adalah yang paling tinggi sejak dirinya menjadi agen sembako pada 2006. Mahalnya harga beras berdampak pada pedagang warteg yang mengaku mengalami penurunan omzet cukup drastis. Andri, salah satu pengusaha warteg di Jakarta Timur mengaku sudah tiga bulan tidak mampu membayar gaji karyawan lantaran kenaikan harga beras yang berdampak pada omzetnya.
Jika normalnya Andri bisa mengantongi omzet bersih Rp 5 juta, sejak kenaikan harga beras omzetnya tidak pernah menyentuh angka tersebut. Dia juga rela mendapat keuntungan yang sedikit lantaran tidak mau menaikkan harga menu makanannya. “Kalau mau naikin harga menu yah enggak mungkin. Nanti yang ada orang enggak beli. Saya tetap jual Rp 15.000 per porsi,” ucapnya, dilansir dari Kompas.com (13/2/2024).***