PEKANBARU, AmiraRiau.com- Industri kelapa sawit di Indonesia termasuk bisnis yang tahan banting menghadapi goncangan maupun tekanan, termasuk persaingan tarif di skala global yang saat ini menjadi isu hangat dunia akibat tarif tinggi yang dipatok Presiden Amerika.
Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications Asian Agri dan Apical, menjawab wartawan di Pekanbaru Kamis (10/4/2025) menegaskan, secara umum industri sawit di tanah air sudah terbiasa dan tahan banting menghadapi situasi yang saat ini terjadi.”Kebijakan atau perang tarif, Presiden Tramp bukan tidak ada dampak. Tapi industri sawit itukan tahan banting, mudah beradaptasi,” katanya.
Pada kegiatan Halal bihalal dengan wartawan di sebuah hotel di Pekanbaru itu, Pramayuda tidak banyak dan tidak terlalu jauh menanggapi hal tersebut. Karena kata Pramayuda, Amerika sendiri juga masih ragu-ragu dengan kebijakan tarif baru tersebut.
Baca Juga >
Secara umum, Pramayuda lebih menegaskan, Asian Agri optimis mencapai target Keberlanjutan 2030. Dijelaskan, Asian Agri, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia, bersama dengan Apical adalah pemimpin global pengolahan minyak nabati
menegaskan komitmen berkelanjutan yang sejalan dengan prinsip Pembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs).”Komitmen ini diterapkan melalui filosofi 5Cs RGE (Royal Golden Eagle) yaitu Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company,” ujarnya.
Prama juga menekankan peran komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyumbang devisa negara, industri kelapa sawit juga berkontribusi besar dalam membuka lapangan kerja serta meningkatkan taraf hidup petani, terutama yang tergabung dalam program kemitraan dan plasma.
Baca Juga >
“Sebagai produsen dan pengolah CPO, Asian Agri dan Apical berkomitmen menjalankan kegiatan operasional berlandaskan prinsip keberlanjutan yang bertanggung jawab, dengan tujuan memastikan setiap produk memberikan manfaat nyata. Aplikasi CPO memiliki rentang yang luas mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti minyak goreng hingga energi terbarukan,” tuturnya.
Dikatakan, Asian Agri mempertegas komitmen keberlanjutan melalui empat pilar utama, Kemitraan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif, dan Produksi Bertanggung Jawab yang Berkelanjutan. Dari pilar tersebut, dijelaskanya, pencapaian Pilar Kemitraan Petani dan Pertumbuhan Inklusif menunjukkan hasil yang baik, dengan berberapa target telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan dalam tiga tahun berjalan.
Sedangkan, Ivan Novrizaldie, Head of Sustainability Asian Agri, menyatakan, “Petani kelapa sawit memegang peran vital dalam mendukung keberlanjutan operasi perusahaan.” Untuk itu, kami berupaya memastikan semua petani mitra memperoleh sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada tahun 2025.” Selama 2024, Asian Agri telah membantu 11 Koperasi Unit Desa (KUD) memperoleh sertifikasi ISPO, sehingga hingga akhir 2024, secara keseluruhan, Asian Agri telah mencapai 49% dari target pencapaian ISPO,” jelasnya.
Baca Juga >
Dengan semangat BermitraLebihBaik , pihaknya mendorong KUD untuk segera memulai proses sertifikasi, seiring dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan ISPO pada tahun 2025.
“Pada Pilar Pertumbuhan Inklusif, Asian Agri 2030 telah menyentuh 34% target dalam bentuk pelatihan vokasi kepada lebih dari 1.700 orang, mendukung pembentukan UMKM di 54 desa dari total 159 desa di sekitar daerah operasional yang terletak di Sumatra Utara, Riau dan Jambi. Selain itu, melalui program bag-to-school, Asian Agri 2030 juga telah mendistribusikan lebih dari 1.300 paket pendidikan kepada murid-murid SD, SMP, SMA, dimana target kami adalah sebanyak 5.000 murid,” tuturnya.
Ivan menyatakan bahwa Asian Agri terus menjalankan berbagai program dan inisiatif, bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, untuk memastikan tercapainya target yang telah ditetapkan pada tahun 2030. “Kami yakin dapat mencapai seluruh target tersebut dalam lima tahun ke depan,” tukas Ivan.
Dijelaskan lagi, keberlanjutan Rantai Pasok Bertanggung Jawab Apical. Memasuki tahun ketiga, Apical 2030 menunjukkan perkembangan signifikan dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
Dalam Pilar Kemajuan Inklusif, Apical mengimplementasikan program Sustainable Living Villages (SLV) atau Desa Berkelanjutan di 12 desa di Aceh Singkil, Aceh, dan 3 desa di Kutai Timur, Kalimantan Timur dari total 30 desa.
Baca Juga >
“Program ini tidak hanya fokus pada pemberdayaan masyarakat, pengurangan kemiskinan, dan peningkatan inklusi sosial, tetapi juga dalam menciptakan sumber pendapatan alternatif bagi para petani. Di antaranya adalah inisiatif budidaya madu Trigona di Aceh Singkil dan kakao di Kutai Timur,” jelasnya.
Hendra Hosea, Sustainability Manager Apical, menjelaskan bahwa melalui SLV, Apical mendukung petani swadaya dalam menerapkan praktik berkebun berkelanjutan. “Kami berkomitmen memberikan pelatihan agar petani memperoleh Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) dan memanfaatkan fasilitas pengembangan yang disediakan pemerintah sebagai langkah awal menuju sertifikasi ISPO dan RSPO,” ujar Hendra.
Apical menunjukkan kemajuan positif dalam upayanya mendukung 5.000 petani swadaya untuk meraih sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada tahun 2030. Sebagai bagian dari inisiatif ini, Apical bersama Asian Agri dan KAO meluncurkan program SMILE (SMallholder Inclusion for better Livelihood & Empowerment) pada tahun 2020. Program ini fokus pada peningkatan produktivitas, pendapatan, dan pencapaian sertifikasi RSPO bagi petani. Hingga saat ini, SMILE telah melibatkan 3.489 petani swadaya, dengan 1.373 petani di antaranya berhasil memperoleh sertifikasi RSPO.
Baca Juga >
Implementasi Apical2030 hingga saat ini telah berjalan sesuai target yang telah ditetapkan. Secara keseluruhan, 68% dari target ini telah terealisasi. Pada Pilar Kemitraan Transformatif, yang bertujuan untuk mencapai 100% NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation) melalui kolaborasi dengan para pemasok, Apical telah mencapai 93%.
Hendra menerangkan bahwa pada Pilar Aksi Iklim, yang memiliki sasaran pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 50% pada tahun 2030, Apical telah berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 21%. Untuk Pilar Inovasi Hijau, kami terus memanfaatkan inovasi guna mendukung operasi yang lebih berkelanjutan.
“Saat ini, sekitar 87% dari target ini telah tercapai, dan 13% masih dalam proses,” ujar Hendra.
Baca Juga >
Dengan pencapaian yang sudah diraih, baik Asian Agri maupun Apical terus berkomitmen untuk mewujudkan pertumbuhan yang inklusif dan ramah lingkungan, Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans) bersama pemerintah Indonesia, Asian Agri telah bermitra dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi, yang secara kolektif mengelola 60.000 hektare Perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini juga menjalin kemitraan dengan petani swadaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi.
Lewat komitmen terhadap praktik berkelanjutan, Asian Agri menjunjung tinggi kebijakan tanpa pembakaran dan menerapkan praktik-praktik terbaik perkebunan untuk membantu petani plasma meningkatkan produktivitas, hasil panen, dan ketertelusuran rantai pasol, serta mendukung perjalanan mereka menuju sertifikasi. Pabrik Asian Agri memanfaatkan teknologi canggih dan energi hijau yang dihasilkan sendiri untuk meminimalkan emisi m Oil (RSPO) dan International Sustainability & Carbon Certification (ISCC), yang menggarisbawahi komitmen Perusahaan terhadap produksi minyak sawit yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.***
Penulis: Zufra, Editor: Zufra Irwan

