AmiraRiau.com– Sebuah pesan singkat terkirim di WAG Alumni GeNTA, Jumat (14/3/2025) sore. Pengirimnya Adalah Makmur Hendrik, yang pada masanya merupakan Pemimpin Redaksi Surat Kabar Kabar Mingguan (SKM) GeNTA di Pekanbaru (1993-2011).
Dalam Handphone, nama kontak beliau saya tulis dengan sebutan “Ayah Makmur”. Sebagai tanda hormat saya yang begitu mendalam kepada Abang, Ayah sekaligus Guru.
Saat membaca tulisan singkat itu, ada rasa terenyuh. Beberapa kenangan langsung bermain di kepala, tulisan itu membawa saya kembali ke masa lalu, masa dimana hanya ada SKM GeNTA dan Riaupost di Pekanbaru.
Tulisan ini merupakan tulisan Makmur Hendrik yang diketiknya melalui pesan WhatsApp:
CERITA
DI BALIK CERITA
PAHLAWAN PEMBANGUNAN
SAAT saya kelas 2 STM Bukittinggi, Korem 032/Wirabraja Sumatera Barat, dalam rangka HUT Kodam 17 Agustus, mengadakan sayembara menulis dengan judul “Pahlawan Pembangunan”.
Tentu saja itu pertama kali saya ikut sayembara.
Alih-alih menulis apa itu pahlawan dan apa pula pembangunan, saya menulis sesuka hati saya.
Saya membuat cerpen tentang anak muda yang hampir mati karena menyelamatkan dan yang baru dibangun dari kehancuran akibat hujan deras dan terjangan banjir.
Setelah ‘tulisan’ diserahkan, saya nguping peserta lain bercerita.
Umumnya mereka adalah guru dan mahasiswa.
Mereka menguraikan apa yg dimaksud ‘pembangunan’ dan apa pula yg dimaksud dengan ‘pahlawan’.
Mereka saling debat dan saat-saat tertentu saling dukung.
Saya ingat cerita saya tentang orang yang hampir mati karena menyelamatkan dari terjangan banjir.
Mendengar cerita mereka, saya jadi malu atas ‘tulisan’ yg saya buat, yang justru berupa cerpen!
Saya ingin menarik ‘tulisan’ yg memalukan itu.
Terlambat! Tulisan2 itu sudah dibagikan kepada para juri!
Untuk menghindari malu, saya cepat-cepat pulang.
Esoknya saya dijemput jeep CPM berwarna putih ke sekolah.
Tidak hanya saya, guru dan murid-murid yang lain pada terkejut.
Saya dibawa ke Gedung Tri Arga, tempat dimana kemarin sayembara menulis diadakan.
Lalu para pemenang lomba tulisan diumumkan.
Harapan 1, 2, Juara 3.
Dan Juara I Makmur HP (begitu nama saya saat sekolah).
Tidak hanya saya, semua yang hadir tentu saja terkejut.
Itulah cerpen pertama, yg saya tulis saat kelas 2 STM, yg secara ‘ajaib’ memenangkan sayembara menulis ‘Pahlawan Pembangunan’.
o0o
Salah satu media online, Forum Sumbar.com, pernah menulis tentang Makmur Hendrik, yang menyebut bahwa Makmur Hendrik merupakan seorang maestro penulis cerita dan wartawan Indonesia yang memiliki imajinasi yang tajam dalam setiap karya yang dibuatnya. Mulai dari novel sampai cerpen, karyanya selalu enak dibaca dan membawa pembaca hanyut di dalam ceritanya.
Pokoknya cerita Makmur Hendrik di dalam novel maupun cerpennya memiliki daya tarik tersendiri bagi pembacanya.
Makmur Hendrik yang kelahiran Buluh Cina, Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, pada 7 Juni 1947 itu, telah menghasilkan karya-karya yang fenomenal dan melegenda. Di antaranya; “Tikam Samurai” (Si Bungsu) dan “Giring-giring Perak”.
Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, ia memenangkan beberapa kali sayembara novel dan penulisan cerpen tingkat nasional. Di antaranya berjudul “Melintas Badai” dan “Siul” (1984).
Dari karyanya yang menang sayembara di tingkat nasional tersebut, di antaranya sudah diangkatkan ke layar lebar/film, seperti; “Buah Hati Mama”, “Melintas Badai”, “Luka di Atas Luka” dan “Yang Kukuh yang Runtuh”.
Pekanbaru: 14 Maret 2025, Yadi Ismail

