PEKANBARU, AmiraRiau.com- Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Riau, bersama mahasiswa se-Pekanbaru dan warga setempat, menggelar bakti sosial dengan membersihkan lingkungan bertajuk "Pulih Bersama" di beberapa titik yang ditimpa musibah banjir di Kelurahan Meranti Pandak, Minggu (23/3/2025).
Dalam gerakan pulih bersama ini, BEM STIE Riau, mahasiswa se-Pekanbaru beserta warga bergotong royong massal membersihkan lingkungan RT I dan RT II, RW XI, Kelurahan Meranti Pandak.
Baca Juga:
Presiden Mahasiswa STIE RIAU, Azmi Zandri, Senin (24/3/2025), mengatakan, gerakan pulih bersama ini sebagai bentuk kesiapan bersama menghadapi proses fogging yang rencananya dilaksanakan dalam waktu dekat.- Baca Juga Taktik Jemput Bola
"Kegiatan ini menjadi simbol kebangkitan dan semangat untuk pulih, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara sosial dan batiniah," ujar Azmi Zandri.
Baca Juga:
Selain gotong royong, mahasiswa juga menghadirkan layanan cek kesehatan gratis yang disertai dengan pembagian obat-obatan dan vitamin bagi masyarakat. Selain itu, untuk menjaga kesehatan kelompok rentan, mahasiswa turut menyalurkan bantuan susu gratis sebagai kepedulian dan perhatian pada kondisi gizi anak-anak dan lansia pasca banjir."Kami berharap dengan kegiatan ini bisa berdampak baik untuk jaminan kesehatan masyarakat yang mana kita ketahui banjir tentu membawa berbagai bakteri," kata Shalsabilla, Wapres BEM STIE Riau.
Baca Juga:
Kehadiran mahasiswa bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga membawa harapan. Bersama masyarakat, mereka menginventarisir berbagai persoalan yang muncul, sebagai bagian dari upaya menyuarakan keluhan dan kebutuhan warga kepada para pengambil kebijakan. Semua temuan dan aspirasi yang dihimpun akan dituangkan dalam bentuk naskah aspirasi, yang akan diserahkan dan disuarakan langsung ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru."Mahasiswa dan masyarakat sepakat, bahwa bencana ini tidak boleh terus berulang. Mereka mendambakan penyelesaian yang serius dan berkelanjutan, bukan sekadar janji atau reaksi sesaat. Gerakan ini lahir dari kegelisahan, dari kepedulian yang tumbuh menjadi aksi, dan dari keyakinan bahwa perubahan hanya mungkin tercapai bila suara rakyat benar-benar didengar," tutur Shalsabilla.
Baca Juga:
"Besar kecil banyak sedikitnya gerakan yang kami lakukan tetaplah perjuangan yang pada dasarnya dimulai , itu adalahkunci utama," lanjut Bunga, Menteri BEM STIE Riau.Kata Bunga, gerakan ini adalah suara dari bawah, dari lorong-lorong rumah yang terendam, dari ibu-ibu yang tetap memasak di tengah lumpur, dari anak-anak yang tetap bermain di halaman yang basah, dan dari mahasiswa yang memilih turun ke jalan, bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk mengabdi dan menggugah nurani bangsa.
"Mari kepada seluruh mahasiswa khususnya di Riau, kita berbuat berdampak untuk masyarakat dalam konteks ini saat banjir, setelah banjir dan langkah solutif sehngga banjir tidak datang lagi," tutup Azmi Zandri.***
Baca Juga:
Penulis: BEM STIE RIAU, Editor: Isman