Oleh Chaidir
DALAM dua dasawarsa di Negeri Konoha, Kotak Pandora telah mengalami metamorfosa (semacam perubahan jiwa raga dalam dunia satwa), dari semula sebuah kotak dalam mitologi Yunani kuno, berubah menjadi metafora, sebuah ungkapan untuk menggambarkan suatu keadaan dengan cara yang lebih imajinatif dan sarat makna.Alkisah, Pandora dalam mitologi Yunani kuno, ribuan tahun silam, adalah perempuan pertama ciptaan dewa Zeus, raja para dewa. Perempuan cantik dan cerdas itu pada awalnya hanya sebuah patung kayu. Dalam salah satu versi cerita, Pandora diberi hadiah sebuah kotak yang sangat indah oleh dewa Hermes, anehnya disertai satu pesan penting, Pandora dilarang keras membuka kotak tersebut. Kotak Pandora tabu untuk dibuka. Namun apa hendak dikata. Pada suatu hari, Pandora tak kuat menahan rasa penasarannya, dia ‘kepo’ dan membuka kotak tersebut. Setelah terbuka, tiba-tiba aroma yang menakutkan memenuhi udara. Dari dalam kotak itu terdengar suara gemuruh kerumunan sesuatu yang dengan cepat berdesak-desakan berhamburan ke luar.
Pandora sadar bahwa dia telah melepaskan sesuatu yang mengerikan dan berusaha dengan cepat kembali menutup kotak, tapi terlambat. Pandora telah melepaskan teror ke dunia, yaitu masa tua, aneka macam penyakit, kegilaan, kejahatan, keserakahan, ketamakan, perampokan, pencurian, kelicikan, kedengkian, kecurangan, kebohongan, cemburu, kelaparan, dan berbagai malapetaka lainnya. Konon berawal dari mitos tersebut, maka semua keburukan kemudian bekembang biak menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti umat manusia hingga akhir zaman. Terlepas dari asal-muasalnya, keburukan dan kejahatan itu kini nyata ada di dunia, bukan halusinasi.
Pandora, perempuan cantik itu telah mati ribuan tahun silam, bahkan dewa Zeus sang penciptanya pun hanya tinggal dongeng, namun kisah tentang Kotak Pandora masih tetap hidup dalam masyarakat modern dan acap digunakan sebagai simbolisasi terbukanya sebuah kotak terkunci yang berisi keburukan, malapetaka, kejahatan, kekejian, aib, dan sebagainya. Ketika gembok kotak itu terbuka, berhamburanlah keluar semua keburukan itu.
Kasus OTT di Pekanbaru, semalam, mengejutkan seperti petir menyambar di siang bolong. Sudah lama tak dengar kasus OTT di rantau bertuah ini. Kita ibarat terbangun dari mimpi indah bahwa pemberantasan KKN, agenda reformasi yang digerakkan mahasiswa seperempat abad silam dengan darah dan air mata, sudah selesai. Walaupun secara sporadis di sana-sini ada OTT di tempat lain, kita mencoba permissive, itu proses menuju konsep pemerintahan yang bersih (clean government). Tapi makhluk yang bernama KKN itu rupanya tak ada mati-matinya, atau barangkali, mati satu tumbuh seribu. Kemana terbangnya integritas yang selalu kita lantunkan? Kemana hilangnya dignity (harga diri, marwah) yang bersusah payah kita tegakkan?
Seiring perjalanan waktu, pemaknaan terhadap mitos Kotak Pandora pun mengalami pergeseran. Kotak Pandora tak lagi tabu untuk dibuka, justru harus sering-sering dibuka agar segala macam keburukan berhamburan ke luar menampakkan diri untuk kemudian satu persatu keburukan itu ditangkap dan dihabisi. Namun, kelihatannya kita telah sering kehilangan momentum untuk membuka Kotak Pandora itu. Atau, jangan-jangan, Kotak Pandora itu yang sudah beranak-pinak, terbuka satu, masih ada yang lain, maka setiap kali kita gagal melakukan langkah bersih-bersih. Atau seperti sering terbaca di media yang sekarang bebas terbuka tak bertepi, ada yang tersandera kepentingan sehingga muncul kasus oknum polisi tembak oknum polisi, misalnya.
Satu-persatu keburukan terungkap, viral, kemudian satu-persatu bias dan akhirnya menghilang di ruang media; terjadi kerdilisasi, bonsainisasi, pembenaran-pembenaran, pembelokan-pembelokan atau pengaburan-pengaburan kasus, kemudian senyap, menepi dari ruang publik, meredup, dianggap sudah basi, tak lagi seksi untuk diberitakan, untuk kemudian dilupakan atau terlupakan.
Betapa banyak megakasus di negeri Konoha itu, yang sebenarnya menyangkut harga diri sebuah bangsa, dilupakan publik, karena para netizen letih memviralkannya setiap hari. Bagi yang berkepentingan, keletihan netizen ini ditunggu. Asal tahu saja, di negeri Konoha itu, no viral no justice. Kasusnya didiamkan kalau tak viral. Siapa yang patut dikambinghitamkan terhadap perilaku sosial seperti itu? Mungkin gadis cantik Pandora itu yang menyebabkan keburukan dan kejahatan menyebar ke seluruh dunia.
Seperti diceritakan dalam mitos Yunani kuno itu, Pandora sangat menyesal telah membuka kotak kadonya. Tapi dia terkejut dan takjub melihat ke dalam kotak yang berisi segala bentuk kejahatan dan keburukan itu, bahwa ternyata di sana masih ada sesuatu yang sangat berharga, di sudut kotak terlihat sayup-sayup secercah sinar, yaitu: harapan. Demikian juga Kotak Pandora Pekanbaru. Di balik gundah gulana keburukan dan kesulitan itu, selalu ada kebaikan yang tercecer, namanya hikmah. Yuk kita cari dan kita temukan.***
(Dr. drh. H. Chaidir, MM, Penulis, adalah Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau – FKPMR; Ketua DPRD Provinsi Riau dua periode 1999-2004 dan 2004-2008)