PEKANBARU- Secara definisi itikaf merupakan ibadah yang dilakukan dengan cara menetap di suatu tempat dan berdiam diri tanpa meninggalkan tempat tersebut. Dalam pelaksanaannya, terdapat hal-hal yang membatalkan itikaf.
Menurut Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah, hakikat itikaf adalah menetap di dalam masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sayyid Sabiq mengatakan, jika tidak menetap dalam masjid atau tidak diniatkan untuk beribadah, maka tidak bisa dikatakan itikaf.
Dalil kewajiban niat untuk itikaf bersandar pada firman Allah SWT dalam surah Al Bayyinah ayat 5,
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ٥
Artinya: “Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).”
Para ulama telah sepakat bahwa itikaf disyariatkan oleh agama Islam pada setiap bulan Ramadan. Hal itu dilakukan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya, Beliau melakukan itikaf selama sepuluh hari dan pada tahun menjelang wafat, beliau melakukan itikaf hingga dua puluh hari. (HR Bukhari, Abu Daud, dan Ibnu Majah).
5 Hal yang Membatalkan Itikaf
Merangkum Kitab Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq dan Syarah Kitab Al Lu’Lu wa Al Marjan karya Wafi Marzuqi Ammar, berikut hal-hal yang membatalkan itikaf:
1. Sengaja keluar dari masjid tanpa adanya keperluan yang penting
Walaupun hanya sesaat, orang yang itikaf dan keluar dari masjid, dia tidak lagi dikatakan menetap di dalam masjid yang menjadi salah satu rukun itikaf.
Ibn Hajar Al-Asqalani turut menyebutkan hal ini dalam Kitab Bulughul Maram,
وَعَنْهَا قَالَتْ: إِنْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُدْخِلُ عَلَى رَأْسَهُ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَأَرْجَلُهُ وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةٍ إِذَا كَانَ مُعْتَكِفًا
Artinya: “Dan darinya (Aisyah RA) berkata, “Bahwa Rasulullah SAW ketika sedang berada di dalam masjid, pernah memasukkan kepalanya ke rumah, kemudian aku menyisir rambutnya. Dan ketika sedang beritikaf beliau tidak masuk ke dalam rumah, kecuali jika ada keperluan.” (HR Bukhari)
2. Murtad
Bagi orang yang murtad, dia tidak berkewajiban melaksanakan ibadah (sebagaimana yang disyariatkan Islam). Allah SWT berfirman,
وَلَقَدْ اُوْحِيَ اِلَيْكَ وَاِلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكَۚ لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٦٥
Artinya: “Sungguh, benar-benar telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang (para nabi) sebelum mu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Az-Zumar: 65)
3. Hilang akal
Maksudnya adalah hilang akal yang disebabkan gila atau mabuk, haid, dan nifas. Hal ini karena tidak terpenuhinya syarat tamyiz (berakal hingga dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk), suci dari haid serta nifas yang merupakan syarat sahnya itikaf
4. Melakukan hubungan seksual
Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT surah Al-Baqarah ayat 187,
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.”
5. Haid dan Nifas
Haid dan nifas juga termasuk hal yang membatalkan itikaf. Ulama yang menguatkan hal ini bersandar pada hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari bahwa wanita haid dan nifas tidak boleh menetap dalam masjid. (Ady)

