Oleh Chaidir
KETIK saja kata-kata “gaya hedon adalah” pada mesin pencari google, dalam tempo kurang satu detik anda akan mendapatkan hasil sekitar 3.450.000 informasi seputar gaya hedon. Maknanya, gaya hidup hedon sudah dikenal luas di seluruh penjuru dunia. Tak hanya manusia, bahkan fauna pun punya jurus hedon. Satwa jantan misalnya, diciptakan berbulu indah untuk dipamerkan dan juga suara memukau guna menarik satwa betina.
Gerangan makhluk seperti apakah hedon itu? Beberapa peneliti menyebut, hedon pada makhluk manusia adalah gaya hidup, berasal dari hedonisme, merupakan paham, ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup, dan mereka senang memamerkan kesenangannya. Paham ini telah dikenal sejak dunia terkembang. Sejarah hedon sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia. Menurut catatan sejarah kemanusiaan, hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM, kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani bernama Epikuros (341-270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan (hedon) itu adalah kodrat alamiah.
Dalam dunia filsafat, hedonisme adalah aliran yang menganggap bahwa kebahagiaan adalah hal terpenting dalam hidup, dan kebahagiaan dapat dicapai melalui pemenuhan kebutuhan dan hasrat pribadi. Aliran ini berpendapat, kebahagiaan seharusnya menjadi tujuan utama dalam hidup seseorang, dan segala sesuatunya akan memiliki nilai jika mampu membuat kita bahagia. Stop. Rasanya sampai di sini tak ada yang salah. Bukankah setiap orang dalam hidupnya mencari kebahagian lahir batin dunia akhirat bagi dirinya dan bagi keluarganya?
Masalah baru timbul ketika perilaku hidup mewah dan kecenderungan hidup bermewah-mewah dipertontonkan atau dipamerkan secara atraktif dan berlebihan di berbagai media. Orang dengan ciri ini terbagi ke dalam dua jenis. Pertama, mereka yang memang mampu secara finansial. Kedua, mereka yang cenderung memaksakan keadaan dan rela melakukan apa saja untuk memenuhi standar hidup yang mereka inginkan.
Gaya hidup hedon membuat seseorang cenderung eksklusif termasuk dalam hal pertemanan. Mereka akan mengutamakan teman-teman yang dirasa mampu memberikan keuntungan dan sepaham dengan mereka. Perilaku hedon akan membuat seseorang menjadi egosentris dan mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain. Pada gilirannya menimbulkan masalah dalam lingkungan sosial, karena manusia itu homo-socius (makhluk sosial) yang menempatkan komunikasi interpersonal sebagai instrumen penting dalam kehidupan sosialnya. Komunikasi verbal dan nonverbal yang buruk (poor communication) akan menimbulkan konflik; awalnya bermula dari mispersepsi yang kemudian menimbulkan misinterpretasi; misinterpretasi menyebabkan miskomunikasi, dan miskomunikasi akan menyulut misunderstanding (salah paham).
Di tengah fenomena keterasingan sosial yang dialami individu dalam lingkungan masyarakat yang kehilangan norma baik-buruk, salah-benar, yang disebut masyarakat anomi oleh sosiolog Prancis Emile Durkheim, perilaku hedon ini mencuat ke awan dan menjadi bulan-bulanan netizen yang tak kenal kompromi. Di tengah keterasingan sosial ini, sentimen sosial mudah tersulut. Miskomunikasi yang berujung misunderstanding mudah terjadi.
Ruang medsos itu domain netizen, dialektika tesis-antitesis di awan tak bisa dibendung. Di medsos tidak perlu ada seorang moderator untuk menyimpulkan sintesis. Perdebatan hening di kalangan netizen, yang tak perlu saling kenal satu sama lain, sering kali memunculkan sebuah "kesepakatan sunyi" di antara pihak-pihak yang berdebat. Dan kesepakatan sunyi ini susah dilawan. Di medsos, setiap orang dapat berpengaruh bagi orang lain, satu orang bisa memiliki kekuatan setara puluhan orang, ratusan, atau ribuan orang.
Akar masalah penyebab seseorang memiliki sifat hedonisme adalah adanya pengaruh internal yang bersumber dari dalam diri orang tersebut, meliputi sikap, kepribadian, motif, persepsi, dan pengalaman (Susanto dalam Nugroho J. Setiadi, 2003). Maka, wilayah introspeksilah yang harus diperluas dengan lebih banyak melakukan komunikasi intrapersonal. Sempatkan diri sepuluh menit sebelum tidur melakukan komunikasi intrapersonal, berkomunikasilah dengan hati sanubari, dengarkan bisikan hati.***