KAMPAR, AmiraRiau.com- Bupati Kampar, Ahmad Yuzar, langsung mendapat dukungan dari rombongan Kantor Staf Presiden (KSP) dan Sekretariat Kabinet (Seskab) RI untuk mengembangkan kawasan Candi Muara Takus di Kecamatan XII Koto Kampar.
Dukungan itu disampaikan Letjen TNI (Purn) Arif Rahman, Tenaga Ahli Utama Kedeputian V KSP, yang mewakili Kepala KSP Mayjen TNI (Purn) Hariyanto, saat bersama rombongan mengunjungi Candi Muara Takus, Selasa (24/6/2025).
Letjen TNI (Purn) Arif Rahman, mengaku baru pertama kali berkunjung ke Muara Takus dan terkesan dengan keindahan dan potensi kawasan tersebut.
“Ini luar biasa. Kami sangat mendukung rencana pengembangan kawasan ini. Pemerintah pusat siap bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Kampar untuk menjadikan Candi Muara Takus sebagai kawasan wisata cagar budaya,” ujar Arif Rahman.
"Kompleks Candi Muara Takus ini bukan cuma warisan, tapi potensi besar untuk mengangkat ekonomi masyarakat. Kami ingin kawasan sekitarnya ikut dikembangkan," ujar Ahmad Yuzar, sambari berdiri di depan Mahligai Stupa, salah satu struktur utama di dalam kompleks candi.
Ahmad Yuzar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Kampar terus bersinergi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Wilayah Sumatera Barat, selaku pengelola candi, agar kawasan ini tak hanya dilestarikan tapi juga ditingkatkan sebagai destinasi wisata budaya nasional.
“Saya sampaikan langsung ke rombongan dari pusat, kami butuh dukungan. Tidak hanya di dalam kompleks candi, tapi juga di luar areal—akses jalan, fasilitas wisata, ekonomi warga,” ucapnya.
Bagi warga setempat, kunjungan ini membawa harapan. Tak sedikit yang menggantungkan kehidupan dari kunjungan wisata dengan berjualan makanan, kerajinan tangan, hingga menjadi pemandu lokal. Sayangnya, keterbatasan infrastruktur dan minimnya promosi membuat geliat pariwisata belum sepenuhnya terasa.
“Kalau kawasan ini lebih diperhatikan, kami bisa ikut maju. Sekarang masih sepi. Padahal ini aset Riau,” ucap Nurdin, warga sekitar yang membuka warung kecil di dekat pintu masuk candi.
Bagi warga Muara Takus, kedatangan rombongan dari istana bukan sekadar seremoni. Ini adalah momen untuk memperjuangkan hidup yang lebih baik, tanpa meninggalkan akar sejarah.
“Semoga setelah ini, kampung kami makin dikenal. Bukan hanya karena candinya, tapi juga karena kami bisa ikut sejahtera darinya,” harap Nurdin.***