Malam Ini Puncak Perayaan Waisak di Furaya Hotel

Sabtu, 10 Juni 2023 | 14:22:18 WIB
|||

PEKANBARU- Puncak perayaan Waisak 2567 BE (Buddhist Era)/2023, akan berlangsung malam ini, Sabtu (10/6/2023) di Furaya Hotel, Pekanbaru.

Sebelumnya, Panitia Waisak 2567 BE/2023, bersama Umat Buddha Pekanbaru, melakukan audiensi dengan Gubernur Riau, H. Syamsuar, pada Senin (5/6/2023).

Hadir dalam kesempatan tersebut, Pembimas Buddha Tarjoko, Stephen Sanjaya Ketua PSMTI Riau, Herman Ketua Permabudhi Pekanbaru, Sidik Ketua Walubi Pekanbaru, dan Doni Ketua Sariputta.

Selanjutnya, Ket Tjing Sekretaris LPTG Riau, Kurniadi Ketua Permabudhi Riau, serta Jono Sekretaris Permabudhi Riau.

Paling Meriah

Hari Raya Waisak adalah salah satu hari suci bagi umat Buddha. Dalam merayakan Waisak, umat Buddha mengenang tiga peristiwa suci yang dialami oleh penyebar ajaran Buddha, Siddhartha Gautama selama masa hidupnya.

Tiga peristiwa yang dikenal sebagai Trisuci Waisak tersebut adalah hari lahirnya Siddhartha Gautama, momen Siddhartha Gautama menjadi Buddha, dan wafatnya Siddhartha Gautama di usia 80 tahun.

Di Indonesia, umat Buddha di setiap daerah memiliki tradisi tersendiri dalam merayakan Waisak. Peleburan budaya setempat menjadikan tradisi yang dilakukan semakin unik dan meriah. Karena itulah, saat ini tradisi Waisak menjadi salah satu hal yang selalu ditunggu-tunggu oleh warga lokal maupun wisatawan.

Hari Waisak juga menjadi salah satu hari libur nasional di Indonesia. Karenanya, bagi yang tidak merayakan Waisak kerap memanfaatkan momen ini untuk pergi berlibur. Lalu, apa saja tradisi meriah yang bisa kamu saksikan? Berikut beberapa perayaan Waisak yang dikenal memiliki tradisi paling meriah:

Pawai Waisak Bersama di Pekanbaru

Sebagaimana tahun sebelumnya, pawai Waisak tahun ini juga dilakukan di Jalan Karet, Pekanbaru. Berlangsung meriah dan diikuti ribuan umat Buddha perwakilan dari 40 organisasi yang ada di Pekanbaru.

Pawai Bersama Waisak ini, dilepas oleh Pj. Wali Kota Pekanbaru, Muflihun, didampingi Kapolresta Pekanbaru, Sekda Kota Pekanbaru, Indra Pomi Nasution dan tokoh lainnya.

Rombongan pawai sebagaimana sebelumnya, memulai dari jalan Karet menuju Jalan Juanda lalu masuk Jalan A Yani. Pawai lalu berlanjut ke Jalan M. Yamin, Jalan Sudirman, kembali ke Jalan Juanda lalu masuk kembali ke jalan Karet.

Peserta yang mengikuti pawai Waisak ini terdiri dari berbagai organisasi umat Buddha yang ada di Kota Pekanbaru, diantaranya Walubi, Samdup Cho’korling, PSMTI, KBI dan IKTS serta perwakilan dari sekolah-sekolah.

Ribuan warga Pekanbaru yang menganut Buddha memadati sejumlah jalan protokol untuk memeriahkan pawai Waisak. Pawai yang dilakukan sore hari ini biasanya diikuti peserta dari berbagai lembaga keagamaan Buddha, lembaga pendidikan, ormas Tionghoa, hingga sekolah. Aksi pawai juga turut dimeriahkan dengan kebudayaan Tionghoa, seperti barongsai, atraksi naga, serta mobil yang dihiasi patung Buddha dan lampu warna-warni.

Pelaksanaan pawai Waisak merupakan salah satu cara untuk menghormati Sang Buddha. Pada pawai tersebut, berbagai simbol suci agama Buddha dan sarana puja turut dibawa dalam iring-iringan. Tak lupa, dikumandangkan doa dan pujian dengan harapan bangsa dan negara ini selalu diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa, para Buddha, dan dewa.

Kirab Agung Amisa Puja di Yogyakarta

Umat Buddha di Desa Gunung Kelir, Girimulyo, menyambut detik-detik Waisak lewatkirab agung amisa puja. Kirab yang dilakukan dengan budaya Jawa ini mengarak replika Sang Buddha sambil membawa bermacam sajen persembahan ke salah satu vihara terdekat. Nantinya, aneka sajen yang meliputi nasi tumpeng, air waisak, dan api akan disemayamkan di pelataran Vihara Giriloka.

Pelaksanaan tradisi ini bertujuan untuk mengenang ajaran Guru Agung Buddha Gautama. Menariknya, rombongan yang mengikuti kirab akan melantunkan doa dengan mengenakan pakaian adat Jawa. Jadi, sangat terlihat rasa kompak antarwarga di daerah tersebut.

Usai melakukan kirab, umat Buddha akan melaksanakan puja bakti (sembahyang) dan pembacaanparittasuci Waisak (buku suci) hingga menjelang Waisak. Rangkaian puncak Waisak sendiri akan ditutup dengan perayaan darma sakti pada Hari Waisak.

Trisuci Waisak di Magelang

Setiap tahunnya, Trisuci Waisak di Candi Borobudur selalu ramai didatangi umat Buddha dari pelosok tanah air. Bukan tanpa alasan, hal ini karena perayaan Hari Waisak Indonesia dipusatkan di sini selama satu minggu. Tak heran bila tradisi Trisuci Waisak di Candi Borobudur selalu berlangsung khidmat.

Pada acara puncak Waisak, ribuan umat Buddha akan mengikuti kirab dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur sejauh 3 kilometer. Rombongan akan membawa berbagai perlengkapan puja bakti Waisak, seperti replika Sang Buddha, air berkah, api dharma, dan kitab suci Tripitaka.

Hal yang paling menarik adalah saat ribuan umat Buddha mengelilingi candi dengan langkah pelan sembari membaca doa seperti umat Islam mengelilingi Kakbah saat menjalankan ibadah haji. Di akhir acara, ribuan lampion akan diterbangkan di kompleks Candi Borobudur sebagai makna kebahagiaan serta harapan agar doa umat Buddha segera terwujud.

Festival Candi Muaro di Jambi

Perayaan Waisak di Jambi selalu diselenggarakan di kompleks Candi Muaro Jambi. Ratusan umat Buddha memadati area sekitar candi untuk melaksanakan berbagai ritual Waisak. Ritual akan dimulai dengan mengitari kompleks candi, sembahyang, sampai semadi yang dipimpin oleh biksu. Setelah ritual usai, rangkaian perayaan Waisak akan diakhiri dengan pelepasan lampion pada dini hari.

Tradisi Waisak di Candi Muaro merupakan perayaan terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Menariknya, perayaan Waisak di sini selalu digabungkan dengan Festival Candi Muaro Jambi, di mana berbagai pertunjukan kesenian, festivalband, hingga bazar kuliner bisa dinikmati para pengunjung.

Dirangkum dari berbagai sumber.***

Halaman :

Terkini