BANGKINANG, AmiraRiau.com — Dinamika politik dan pemerintahan di Kabupaten Kampar akibat pernyataan Sekretaris Daerah (Sekda) H. Hambali yang "menyerang" atasannya sendiri, Bupati Kampar, menuai keprihatinan. Sejumlah ninik mamak dan tokoh paguyuban sangat menyayangkan kondisi ini dan berharap suasana Kampar tetap kondusif. Mereka mendesak agar semua pihak saling mendukung dan menghargai.
H. Yulizar Baharuddin, MM Datuk Bandagho Itam, selaku Wakil Sekretaris Lembaga Adat Kampar (LAK) dan tokoh adat Kenegerian Air Tiris, sangat menyayangkan pernyataan Sekda Hambali yang menyebar luas di tengah masyarakat.
Menurut Yulizar, Sekda Hambali adalah bawahan dari bupati dan mesti loyal kepada atasan. Persoalan internal hendaknya diselesaikan secara baik-baik.
Terkait Isu Mobil Dinas, Yulizar menilai pengadaan mobil dinas adalah hal yang wajar untuk menunjang operasional bupati. "Pembelian mobil dinas sudah melalui prosedur... Mobil ini bukan untuk kepentingan pribadi karena setelah habis masa jabatannya dilelang kembali dan uangnya kembali ke kas daerah,” ulasnya.
Terkait Evaluasi Kinerja JPT Pratama, menurutnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Hambali seharusnya siap mengikutinya kapanpun. Yulizar menegaskan, Sekda mestinya memberikan contoh yang baik kepada seluruh ASN di bawahnya.
Terkait Etika & Loyalitas, kata Yulizar, yang juga akademisi di STIE Bangkinang, menegaskan, Sekda tidak boleh berpolitik dan harus kompak dengan bupati. “Kalau tidak kompak, ini akan menjadi preseden buruk,” kata ninik mamak dari persukuan Domo ini. Ia juga menilai perkataan Sekda yang menyebut bupati pembohong sebagai kurang etis.
Mengenai pengesahan APBD-P 2025 yang dinilai cacat hukum, Yulizar, yang juga mantan Anggota DPRD Kampar, menilai kehadiran Wakil Bupati adalah kehadiran Bupati karena telah didelegasikan tugasnya sesuai aturan dan tata tertib DPRD.
Seruan senada juga disampaikan tokoh adat lainnya. Herizal Datuk Kholifah (Kholifah Adat Rantau Kampar Kiri). Ia menilai apa yang disampaikan Sekda Kampar tentang bupati ke publik tidak elok dipandang masyarakat. "Jangan sampai pocah pewuoknyo (pecah periuknya). Kapan lagi membangun Kampar ini? Kalau ini selalu terjadi, tidak akan membuat kita maju,” harapnya agar Bupati dan Sekda berjalan seiring.
Ismail Datuk Ulaksimano (Mantan Pejabat & Sekretaris LAK) melihat Hambali keluar dari kebiasaan dan pakem sebagai pejabat yang mestinya memegang teguh etika dan kepatuhan terhadap pimpinan. “Papatah adat juga mengatakan tibo dimato dipiciongkan tibo do powuik dikompikan.” Ismail menegaskan, dalam struktur pemerintahan, bawahan wajib tunduk dan patuh pada atasan. “Tak ada ruang untuk pembangkangan terhadap atasan, apalagi secara vulgar dan terbuka.”
Lilik Sugiarto (Sesepuh Paguyuban Jawa & Mantan Ketua IKJR Kampar) juga menyayangkan tindakan Sekda. “Terus terang, kita ini negeri beradat. Saya sangat setuju Datuk Yusri (Ketua LAK) siap menjadi penengah untuk menyelesaikan permasalahan. Jangan ego masing-masing yang dikemukakan... Apa yang disampaikan Sekda sarat kepentingan dan jangan sampai vulgar begitu.”
Seluruh tokoh meminta kedua belah pihak mawas diri demi menjaga marwah dan kelancaran pembangunan di Kabupaten Kampar.***
Penulis: Ali Akbar