Oleh Chaidir
INI momen istimewa. Semua kepala daerah hasil pilkada serentak 27 November 2024 dilantik serentak oleh Presiden di Istana pada tanggal 20 Februari 2025, kemudian mengikuti retret penggemblengan di Lembah Tidar Magelang, kampus Akademi Militer selama sepekan. Tanggal 1 Maret 2025 semua kepala daerah yang mengikuti retret langsung tancap gas kembali ke daerah masing-masing.Istimewanya, tanggal 1 Maret 2025 itu juga bersamaan dengan 1 Ramadhan 1446 H, hari pertama puasa Ramadhan, sebuah bulan istimewa yang disambut dengan penuh kegembiraan oleh ummat Islam di seluruh dunia, sebuah bulan yang penuh berkah. Maka, momen kepulangan kepala daerah, dinanti dengan serangkaian acara syukuran, acara adat, tausyiah Ramadhan, buka bersama, dan berbagai acara silaturrahmi.
Khusus di Riau, kepulangan para kepala daerah disambut meriah dengan upacara adat tepuk tepung tawar, ibarat pahlawan balik dari medan perang. Upacara adat yang diselenggarakan oleh Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) ini adalah wujud rasa syukur dan memberikan do’a memohon ridho dan keselamatan dari Allah SWT, agar sang kepala daerah jauh dari marabahaya, jauh dari sesuatu yang buruk, didekatkan yang baik, dan memperoleh berkah berkepanjangan.
Semua orang patut-patut, para pejabat dan pembesar negeri, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat hadir, dan semua larut dalam suasana penuh kegembiraan dan penuh semangat kekeluargaan. Kompetisi seru antar kandidat dalam pilkada serentak telah berlalu, maka seperti dibidalkan dalam pepatah Melayu, “biduk lalu kiambang bertaut”; “air dicincang putus tiada.”
Apalagi momen upacara adat tepuk tepung tawar ini bertepatan pula dengan kegembiraan ummat Islam menyambut bulan suci Ramadhan 1446 H, sebuah bulan yang istimewa penuh berkah. Wahyu Allah Al-Qur'an turun pada bulan Ramadan. Peristiwa ini juga dikenal sebagai Nuzulul Qur'an. Di bulan Ramadhan juga ada malam Laitaul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kemenangan pasukan muslim yang dipimpin Nabi Muhammad dalam Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan. Perang Badar menjadi pembuktian atas kebesaran Allah SWT. Sebab, pasukan muslim yang berjumlah 313 orang meraih kemenangan dalam perang menghadapi 1.300 pasukan kaum Quraisy. Peristiwa pembebasan kota Makkah terjadi pada 20 Ramadan tahun kedelapan Hijriah. Rasulullah SAW bersama para sahabat berhasil menaklukkan Kota Makkah dari tangan kaum Quraisy.
Pada tahun ke-92 Hijriah atau 711 masehi, kaum muslim di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad berjibaku menyeberangi Selat Gibraltar dan berhasil menaklukkan Andalusia, terjadi pada bulan Ramadhan. Peristiwa heroik ini terkenal dalam sejarah Islam. Untuk mencegah pasukannya mundur, Tariq bin Ziyad membakar seluruh kapal tentaranya begitu mencapai pantai Andalusia. Mereka menembus pertahanan Andalusia dan menaklukkan Seville dan Toledo (kawasan yang sekarang dikenal sebagai Spanyol dan Portugal).
Dan jangan lupa, Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 juga bertepatan pada bulan Ramadhan. Oleh karena itulah, banyaknya berkah dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, memunculkan harapan di tengah masyarakat, para kepala daerah kita, memperoleh berkah dari Allah SWT, sukses membangun daerah sesuai harapan, masyarakat yang ‘baldatun toyyibatun warobbun ghofur’, masyarakat yang sejahtera, aman, nyaman, damai, tenteram dan diberkahi Allah SWT. Di Lembah Tidar Magelang, tempat retret dilaksanakan mungkin peribahasa Jawa yang digunakan, ‘masyarakat yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo’. Maksudnya sama, masyarakat yang sejahtera, aman, damai, adil dan makmur seperti tujuan sila kelima Pancasila: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Bisakah Riau? Optimis bisa. Dalam berbagai kajian pembangunan dan otonomi daerah, keberhasilan pembangunan di suatu daerah bukan ditentukan oleh modal kekayaan sumber daya alamnya, tapi dominan ditentukan oleh modal sosial pemimpin dengan kepemimpinannya. Tidak ada negeri tertinggal, yang terjadi adalah negeri salah urus, kata pakar manajemen dunia Peter Drucker. Salah urus berarti berkaitan dengan siapa yang mengurusinya, siapa pemimpinnya.
Dalam tiga kesempatan mendengar dan membaca sambutan Gubernur Riau Abdul Wahid – gubernur termuda dalam sejarah Riau – selang waktu tiga hari (di LAMR, di Masjid Agung Annur, di DPRD Prov Riau), rasanya kita optimis, dengan semangat muda menyala sang Gubernur dan Wakil Gubernur. Gubernur Abdul Wahid terlihat bersemangat menyampaikan tekadnya untuk membangun Riau lebih baik, mengatasi berbagai persoalan (termasuk defisit anggaran) dengan mengedepankan kebersamaan bersama seluruh stakeholder dan koordinasi yang lebih solid bersama pemda kabupaten/kota.
Kehendak bersama inilah yang disebut oleh filsuf Prancis Ernest Renan, “the desire to be together” sebagai unsur penting dalam membangun sebuah bangsa, bukan pada unsur warna kulit, etnis atau agama. Dalam perspektif kearifan lokal Melayu, adanya kehendak bersama yang kuat tercermin dalam ungkapan, berat sama dipikul ringan sama dijinjing; ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun; hati gajah sama dilapah hati tungau sama dicecah.
Apalagi sesungguhnya, tak ada alasan ‘Bumi Lancang Kuning Laut Sakti Rantau Bertuah’ ini masih memiliki angka kemiskinan yang tinggi, stunting, pembangunan infrastruktur tertinggal, konflik agraria terbanyak secara nasional. Riau itu negeri petrodollar, punya industri kehutanan terbesar di Asia, perkebunan sawit terluas di Indonesia, kebun kelapa terluas di dunia. Dan Riau memiliki banyak orang-orang terpelajar, profesor doktor dan seterusnya.
Para kepala daerah kita yang umumnya muda, pasti tak ada beban untuk duduk semeja dengan para ahli kita itu, membangun kehendak bersama dalam semangat kolaboratif untuk bersama-sama mencari solusi inovatif. Kita harus bersama-sama mengatasi berbagai persoalan yang kita hadapi di Riau ini secara keseluruhan, seayun selangkah seiya sekata, saling menghormati dan saling menghargai. Riau tak boleh lagi dicibir seperti ayam bertelur di lumbung padi mati kelaparan, itik berenang mati kehausan.
Moh kite mulai melangkah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Insya Allah kepemimpinan para kepala daerah kita membawa berkah. Bismillaahirrahmaanirrahiim.***
(Dr. drh. H. Chaidir, MM, Penulis; Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau – FKPMR; Ketua DPRD Provinsi Riau dua periode 1999-2004 dan 2004-2008)