PEKANBARU, AmiraRiau.com - Sejarah Riau mendesak ditulis ulang. Bukan saja karena buku untuk itu telah lama diterbitkan yakni tahun 1977 sehingga banyak bahan yang ditemukan baru, juga sejarah Riau tercedera secara lokal bahkan regional.
Gagasan itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau (Ketum DPH LAMR) Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil dalam Simposium Melayu Serumpun berkaitan dengan Pekan Budaya Melayu Serumpun di Pekanbaru, Jumat pagi (8/8/2025).
Berlangsung selama dua hari, 27 orang tampil sebagai pembicara berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, dan Indonesia sendiri. Beberapa daerah juga mengirimkan peserta untuk kegiatan ilmiah ini.
Datuk Seri Taufik mengatakan, Buku-buku sejarah Melayu yang ada seperti Sulalatus Salatin, belum menempatkan Riau sebagaimana mustinya. Pada bab Dua buku ini misalnya, disebutkan Bukit Siguntang di Palembang, padahal juga ada di Riau sekarang. Sebelum Bukit Siguntang, tidak dijelaskan, padahal prasasti Kedukan Bukit menunjukkan Riau.
Menurut Datuk Seri Taufik, turunan dari Bukit Siguntang pula selalu dinafikan dalam sejarah regional. Paremeswara misslanya seperti langsung turun dari Palembang, padahal Sulalatin Salatin menyebutkan persinggahan di Indragiri sampai Kuantan.
Belum lagi bagaimana penemuan pradaban prasejarah Riau yang baru terungkap dalam 10 tahun terakhir, menjukkan kehidupan minimal 40.000 tahun sebelum masehi. Selain itu keberadaan Sriwijaya di Riau yang memberi makna pada pencapaian peradaban Melayu.
"Tak mengherankan, Riau sekarang menjadi amat beragam dari berbagai segi, tapi masih banyak yang belum dipaparkan," kata Datuk Seri Taufik. ***