PEKANBARU, AmiraRiau.com– Kota Manna, merupakan Ibukota di Kabupaten Bengkulu Selatan, salah satu daerah di Provinsi Bengkulu yang dikenal memiliki dialek unik dengan serapan Bahasa Inggris.
Bukan tanpa alasan mengapa serapan bahasa asing ini kemudian menjadi bahasa sehari-hari masyarakat Bengkulu Selatan, khususnya Manna. Daerah ini dulunya menjadi salah satu wilayah kekuasaan Inggris (1685-1825).
Di Bengkulu pula kemudian ditemukan bunga terbesar, Raflesia Arnoldi, yang dalam bahasa tempatan dikenal degan nama Petimun Sikinlili atau Tempat Sirih Hantu (Bengkulu Kemarin, Hari Ini dan Esok; Makmur Hendrik). Nama itu diambil dari yang pertama kali menemukan di hutan Lubuk Tapi, Bengkulu Selatan, yaitu Dr. Joseph Arnold dan Sir Thomas Stamford Raffles.
Beberapa serapan Bahasa Inggris pada dialek Manna, diantaranya:
- Blanket-Blangkit: Selimut
- School-Skul: Sekolah
- Jail-Jil: Penjara
- Pocket-Pakit=Saku
- Pen-Pin= Pulpen
- Stokings-Stakin=Kaos Kaki
- Ruler-Rol= Penggaris
- Ball-Bal= Bola
Pada umumnya, bahasa ini dipakai antara keluarga di dusun-dusun yang jauh dari kota besar. Di Sekolah Dasar (SD) yang terdapat di dusun, ibu kota marga, kecamatan dan kabupaten, bahasa Serawai digunakan sebagai bahasa pengantar di samping bahasa Indonesia. Sedangkan di sekolah-sekolah lanjutan, bahasa Serawai tidak lagi dipakai sebagai bahasa pengantar.
Berdasarkan Wikipedia, Bahasa Melayu Bengkulu atau Baso Bengkulu adalah salah satu bahasa atau isolek dalam Melayu Tengah yang dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Bengkulu khususnya masyarakat di Kota Bengkulu. Bahasa ini juga merupakan salah satu dari sembilan bahasa asli Provinsi Bengkulu bersama dengan bahasa Mukomuko, Pekal, Serawai, Pasemah, Enggano, Lembak, Rejang, dan Kaur (Mulak). Pada tahun 2003, penutur bahasa ini lebih kurang 45.000 penutur. Selain di Indonesia, penutur bahasa Bengkulu juga ada di Malaysia, tepatnya di Sungai Choh, Selangor. Di sana terdapat komunitas Bengkulu yang telah menetap hingga tiga generasi dan masih menjaga bahasa Bengkulu.
Secara khusus bahasa ini merupakan bahasa asli yang dituturkan oleh etnis Melayu Bengkulu yang menghuni Kota Bengkulu. Namun bahasa ini telah menjadi lingua franca atau bahasa pengantar di antara etnis yang beragam di Provinsi Bengkulu, selain bahasa Indonesia, sehingga bahasa ini telah menjadi identitas bagi Provinsi Bengkulu.[6]
Bahasa ini mempunyai kemiripan dengan bahasa di sekitarnya, seperti dengan Bahasa Melayu Palembang dan Bahasa Melayu Jambi karena banyaknya kosakata yang diakhiri dengan huruf vokal “o”. Hal ini disebabkan karena adanya kontak budaya dan bahasa di antara penutur bahasa-bahasa tersebut dengan masyarakat Bengkulu sejak dahulunya.[8] Penutur bahasa Bengkulu tidak merasa kesulitan ketika berbicara dengan mereka berbicara walau dengan bahasanya masing-masing. Bahasa ini juga mempunyai kemiripan dengan dialek Negeri Sembilan di Malaysia, yang sama-sama mendapat pengaruh dari Minangkabau.***
Editor: Isman
![gambar](https://amirariau.com/wp-content/uploads/2024/11/WhatsApp-Image-2024-08-15-at-11.54.07.webp)
![](https://amirariau.com/wp-content/uploads/2023/05/WhatsApp-Image-2023-05-02-at-17.48.40.jpeg)