PEKANBARU – Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, di akhir 2023 mendatang menargetkan angka prevalensi stunting di Kota Bertuah bisa turun di angka 10 persen.
“Tahun 2022 lalu (prevalensi stunting) kita di angka 18,8 peren. Akhir tahun ini, itu kita targetkan di bawah 10 persen,” kata Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Indra Pomi Nasution, Senin (25/9/2023).
Ia menyampaikan, ada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah kota setempat guna menyelesaikan persoalan stunting atau gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Pertama, Pemko Pekanbaru melalui Organiasi Perangkat Daerah (OPD) teknis aktif melakukan penyuluhan dan memberikan edukasi kepada remaja putri guna memastikan mereka dalam kondisi sehat sebelum menikah.
“Karena kalau dalam kondisi tidak baik, ketika melahirkan, itu biasanya mengakibatkan anak beresiko stunting,” ungkapnya.
Kemudian yang kedua, terang Indra, OPD terkait juga melakukan penyuluhan dan penyaluran bantuan makanan penambah nutrisi kepada warga yang beresiko stunting.
“Jadi yang berisiko stunting ini, itu kita dampingi dengan memberikan bantuan makanan penambah nutrisi,” ujarnya.
Selanjutnya yang ketiga, Pemko Pekanbaru menjalankan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Yang mana seluruh pimpinan OPD dan camat mesti memberikan pendampingan minimalnya kepada 1 anak stunting. Tercatat sebanyak 115 anak stunting yang diberi pendampingan.
Dalam program yang dijalankan selama 6 bulan ini, bapak asuh wajib mendampingi dan memberikan bantuan makanan penunjang pertumbuhan senilai Rp500 ribu per bulan kepada 1 anak asuh stunting.
“Dengan adanya intervensi, kita berharap di 2023 ini stunting kita bisa turun di bawah 10 persen,” tutup Indra. (abd)