Tema "Seiya Sekata", FKPMR Gelar Silaturahmi Kebangsaan Sebagai Tangkal Isu SARA Jelang Pilkada

Jumat, 23 Agustus 2024 | 18:03:47 WIB
Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) menggelar Silaturahmi Kebangsaan Pemuka Masyarakat Riau

PEKANBARU, AmiraRiau.com - Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) menggelar Silaturahmi Kebangsaan Pemuka Masyarakat Riau dengan tema "Seayun Selangkah, Seiya Sekata". Kegiatan ini bersempena HUT Provinsi Riau ke-67 dan HUT RI ke-79 yang dilaksanakan di Balai Serindit Gedung Daerah Provinsi Riau, Jum'at (23/8/2024).

Hadir dalam Silaturahmi Kebangsaan ini, Pj Gubernur Riau diwakili Sekdaprov Riau SF Hariyanto, mantan Gubernur Riau H.Saleh Djasit, HR Mambang mit, H. Wan Thamrin Hasyim, mantan Bupati Siak H. Arwin AS, mantan Walikota Pekanbaru H. Firdaus ST MT, mantan Bupati Kampar H. Jefry Noer, H. Burhanuddin, tokoh masyarakat Riau, Ketua umum Persebatian Pemuka Masyarakat Riau (PPMR) H. Nasrun Effendi, sejumlah anggota DPRD Riau, Fauzi Kadir, Fajar Simanjuntak Ketua IKBR dan Robert Hendrico Ketua Forum LSM Riau Bersatu, dan sejumlah tokoh masyarakat Riau

Ketua Umum FKPMR, Dr. H Chaidir MM dalam sambutannya mengatakan, acara ini dilaksankan atas hasil diskusi FKPMR dengan Persebatian Pemuka Masyarakat Riau (PPMR) yang mewadahi masyarakat lintas etnis dan agama. Dimana bertujuan untuk menghambat timbulnya gejolak di tengah-tengah masyarakat Riau seiring akan dilaksanakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

"Ya, utamanya untuk mengintensifkan komunikasi dengan masyarakat agar tidak terjadi miskomunikasi. Dengan demikian suasana kondusif yang kita harapkan akan tercapai. Intinya, silaturahmi ini kita laksanakan untuk merekatkan hati dan perasaan semua etnis," ungkap Chaidir.

Apalagi hari Jadi ke-67 Provinsi Riau tahun ini menyusun tema: “Bersatu Membangun Menuju Riau Maju”. Tema tersebut mengandung makna, ada tekad yang menyala untuk mengajak masyarakat yang berbilang kaum bersama bahu-membahu bergandengan tangan menggesa pembangunan mengejar ketertinggalan.

Tidak ada maksud mendikotomikan Melayu-non Melayu, atau Melayu-pendatang. Sejarah Melayu mencatat dari dulu sampai sekarang etnis Melayu senantiasa hidup berdampingan harmonis dengan pendatang. Dalam Masyarakat Riau terjadi interaksi yang baik antara orang Melayu dengan non-Melayu.

Corak hubungan sosial yang baik tersebut terjadi karena, dalam sejarah kebudayaan, orang Melayu yang diakui secara adat sebagai penduduk asli Riau sudah terbiasa berhubungan dan tukar-menukar kebudayaan dengan bangsa-bangsa asing; Kebudayaan Melayu mempunyai corak yang terbuka dan akomodatif bagi unsur-unsur kebudayaan dari luar, serta dapat hidup berdampingan dalam keanekaragaman identitas sosial dan budaya.

Namun di tengah dinamika perubahan sosial masyarakat, kita perlu bersama menyadari, buka kulit tampak isi, etnis Melayu yang hidup di Bumi Melayu ini, yang jumlahnya 1.828.825 jiwa (33,20% berdasarkan sensus penduduk BPS 2010), perlu didukung bersama terutama dalam bentuk affirmative policy (keberpihakan kebijakan) para pengambil keputusan, supaya bisa duduk sama rendah tegak sama tinggi di tengah kemajemukan.

"Kita berharap seluruh suku dan etnis di Riau bisa Bersama-sama membangun Riau dan menjaga kondusifitas daerah, oleh karena itulah kita memilih tema Silaturrahmi Kebangsaan FKPMR ini dengan team Seayun Selangkah Seiya Sekata," ungkap Chaidir.

Sementara, Sekdaprov Riau SF Hariyanto membacakan sambutan tertulis Pj Gubernur Riau mengatakan Pemprov Riau sangat mengapresiasi dan menyambut baik terselenggaranya silaturahmi kebangsaan yang diinisiasi FKPMR ini.

"Ini langkah strategis untuk menyatukan pikiran dalam rangka membangun Riau yang lebih maju. Saya selaku pemangku kepentingan akan bersama-sama dengan masyarakat untuk mewujudkan impian kita semua menuju perubahan yang lebih baik. Semoga hubungan silaturahmi pemerintah dengan masyarakatnya terus terjalin. Insya Allah semua akan tercapai jika kita saling bersatu, bukan berkecai dan bertikai," harap Sekdaprov Riau.

Dikatakan SF Hariyanto, seiring berjalannya tahapan pilkada, isu-isu sensitif digelindingkan beberapa orang yang tak bertanggung jawab. Bahkan isu SARA yang berpotensi bisa memecah persatuan dan kesatuan anak negeri pun dihembuskan.

"Potensi ancaman perpecahan di tengah masyarakat sangat tinggi. Isu-isu negatif menjadi pemicu retaknya persatuan dan kesatuan. Ini yang harus kita tangkal bersama," ucap SF yang mengaku tak luput dari isu miring yang mengarah kepada fitnah.

Usai membacakan kata sambutan Pj Gubernur, SF Hariyanto menerima cenderamata dari Ketua Umum FKPMR DR Drh Chaidir MM.

Kemudian acara dilanjutkan dengan panel diskusi yang menghadirkan Narasumber Prof DR Alaidin Koto, Prof DR Junaidi M.Hum (Rektor Unilak), DR Viator Butarbutar, DR Drh H Chaidir MM yang dipandu oleh Ir Fachrunnas MA Jabbar M.Ikom.

Ada beberapa butir resume yang dihasilkan dari diskusi panel yaitu :

  • Dalam sejarah kebudayaan, orang Melayu yang diakui secara adat sebagai penduduk asli Riau, sudah terbiasa berhubungan, berinteraksi, dan tukar-menukar kebudayaan dengan bangsa-bangsa asing;
  • Secara umum keanekaragaman dalam kehidupan sosial dan budaya di Riau tidak menjadi masalah.
  • Tidak perlu ada kehkawatiran terhadap isu SARA, atau gangguan kamtibmas berbasis SARA, karena kemajemukan suku dan agama sudah sejak dulu dipahami oleh Masyarakat Melayu dan non-Melayu yang bermukim di bumi Melayu ini.
  • Bila ada masalah, selesaikan dengan pendekatan nilai budaya Melayu yang sangat menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat, dengan catatan, tetap dalam musyawarah dan mufakat tetap harus dijaga rasa saling menghormati, saling menghargai, dilakukan secara terbuka, jujur, dan bebas mengeluarkan pendapat, tidak ada paksaan. Tetap mengutamakan persatuan dan kesatuan, duduk sama rendah tegak sama tinggi, menghormati pendapat dan pikiran orang lain, menjunjung keadilan dan kebenaran, menjauhkan sak wasangka, mendahulukan kepentingan umum, tidak mementingkan diri atau kelompok tertentu.
  • Budaya Melayu sebagai soko guru di Bumi Melayu ini harus dipahami dan dihormati, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
  • Masyarakat harus senantiasa diberi edukasi tentang nilai-nilai baik buruk dan para pemimpin harus memberi keteladanan akhlak mulia. Ke depan kita membangun Riau maju bersama, seayun selangkah seiya sekata.
Untuk itu masyarakat yang tinggal di Riau dari berbagai etnis dan agama dapat saling melengkapi dan bersinergi membangun Riau ke arah yang lebih baik lagi.***

Penulis: Ady, Editor Alseptri Ady

Halaman :

Terkini