Sekoper Cinta dari Bandung

Oleh: Chaidir

SEKOPER Cinta dari Bandung tak ada kaitannya dengan sekoper hasil OTT KPK di Pekanbaru yang bikin heboh itu; atau juga, tak ada hubungannya dengan sekoper cinta hasil rekayasa teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligent – AI) yang viral sepanjang tahun 2024, walaupun semudah membalik telapak tangan bagi teknologi AI untuk menciptakan sekoper cinta.

Sekoper Cinta dari Bandung yang selintas membikin dada berdebar-debar, murni kreatifitas Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Agaknya, semangat riang gembira tari Jaipong khas gaya Sunda menginspirasi Pemprov Jawa Barat memberi nama “Sekoper Cinta” terhadap  lembaga pendidikan yang mereka dirikan. Siapa pun, pasti tersenyum ketika menyadari telah terkena prank stadium awal, bahwa Sekoper Cinta yang dimaksud bukan cinta asmara versi muda-mudi milenial itu, tapi akronim dari Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita.

Mungkin tak berlebihan ketika di tengah Kota Bandung pernah terpampang sebuah spanduk, “Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakan Kota Bandung”. Spanduk ini pasti hasil olah pikir kreatif warga Bandung. Sekoper Cinta adalah program yang diinisiasi oleh Pemprov Jawa Barat untuk memberdayakan kaum ibu rumah tangga dan perempuan-perempuan lemah tak tersapa. Ibu-ibu rumah tangga di Bandung pasti bangga memperoleh sertifikat kelulusan dan menjadi alumni Sekoper Cinta. Sampai tahun 2023 tercatat, sudah lebih dari 67.000 perempuan di Jabar resmi diwisuda sebagai lulusan Sekoper Cinta. Hebat.

Tak disangka, inisiatif Sekoper Cinta yang sudah eksis beberapa tahun lalu, terasa relevan dengan tema peringatan ke-96 Hari Ibu di Indonesia tanggal 22 Desember 2024 tahun ini, “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045″. Sekoper Cinta terasa lembut menyapa, tak mengada-ada, bukan program populis seperti bagi-bagi minyak goreng pencitraan ala pilkada; tidak berlebihan, sebab ibu-ibu rumah tangga yang sebenarnya memikul tanggungjawab berat menjaga keutuhan dan mendidik keluarga, justru seperti ditinggalkan sendiri di rumah, tak ada yang menyapa. Mereka harus ditingkatkan harkat dan martabatnya.

Gagasan Sekoper Cinta dilatarbelakangi oleh berbagai persoalan rumah tangga seperti banyaknya kasus KDRT, perceraian, stunting, dan perdagangan manusia (human trafficking). Dan dalam persoalan tersebut ibu-ibu rumah tangga umumnya berada pada posisi lemah sering jadi korban. Oleh karena itu ibu-ibu rumah tangga penting dibekali kecerdasan dan kemampuan memberdayakan serta melindungi diri dan keluarganya.

Peringatan Hari Ibu tidak hanya momen seremonial untuk mengucapkan terima kasih atas peran dan jasa luar biasa perempuan bagi masyarakat Indonesia, lebih dari itu, peringatan Hari Ibu bertujuan untuk mendorong seluruh pemangku kepentingan agar memberikan perhatian serta pengakuan terhadap pentingnya peran perempuan. Kita pasti paham, peran ibu-ibu rumah tangga, rasanya tidak akan tergantikan. Permasalahan yang diidentifikasi oleh Pemprov Jabar juga teridentifikasi di daerah lain. Maka, semua stakeholder dan para pengambil kebijakan harus membangun komunikasi dan kolaborasi demi penguatan kebijakan keberpihakan (affirmative policy) terhadap ibu-ibu rumah tangga dan perempuan-perempuan dalam posisi tak berdaya belum tersapa.

Sebab, dari berbagai persoalan rumah tangga tersebut, jujur, bangsa kita terlihat belum selesai dengan persoalan-persoalan elementer yang dihadapi ibu-ibu rumah tangga dan perempuan pada umumnya, sementara kita sudah berada dalam era masyarakat super cerdas (society 5.0) yang ditandai dengan teknologi digital kecerdasan buatan (Artificial Intelligence – AI) yang memabukkan. Ada peluang tapi sekaligus ada tantangan tanpa ampun. Sekoper Cinta merupakan kebutuhan perempuan dan ibu-ibu rumah tangga pada tingkat dasar agar tidak menjadi  korban sia-sia dari AI tersebut, dikalahkan karena ketidakberdayaan.

Pemahaman dan wawasan pengetahuan harus dikembangkan di kalangan perempuan khususnya di lakangan ibu-ibu rumah tangga melalui pengembangan kemampuan berpikir kritis menggunakan akal budinya; membantu mereka berpikir rasional, logis, tidak mudah percaya begitu saja terhadap berbagai informasi yang sebagian diantaranya bohong (hoax).

Riau sejak 2008 sebenarnya telah memiliki organisasi Perempuan Riau Bangkit Foundation (PRBF) yang pekan lalu meluncurkan Biografi Hj Roslaini Jadin Ismail Suko, sang pendiri, dalam sebuah acara meriah di Pekanbaru. PRBF didirikan untuk memberdayakan potensi perempuan mengangkat harkat dan martabat perempuan Riau. Semangat PRBF dan semangat Sekoper Cinta yang berdiri kemudian nun di Bandung, tentu diilhami oleh semangat yang sama: peberdayaan perempuan.

Pemberdayaan model PRBF di Riau dan Sekoper Cinta dari Bandung agaknya belum akan menjawab berbagai masalah yang dihadapi perempuan sekaligus, tapi pendekatan empati terhadap lemahnya pemberdayaan perempuan, telah memperlihatkan kehendak untuk maju bersama seiya sekata seayun selangkah. Ke depan PRBF tentu bisa berkolaborasi dengan Pemprov Riau menggandeng Sekoper Cinta mendirikan lembaga pendidikan/pelatihan khusus perempuan di Riau guna mempersiapkan ibu-ibu rumah tangga dan perempuan-perempuan cemerlang, gemilang dan terbilang menyongsong Indonesia Emas 2045. Mungkin dapat diberi nama, misalnya,  “Serantau Emas” (Sekolah Perempuan Tangguh Untuk Generasi Emas). Atau ada gagasan lain yang lebih lembut menyala. Aduhai.. Selamat Hari Ibu.***

(Dr. drh. H. Chaidir, MM, Penulis, adalah Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau – FKPMR; Ketua DPRD Provinsi Riau dua periode 1999-2004 dan 2004-2008).

gambar