Oleh Yadi Ismail

Oleh Yadi Ismail

CERITA tentang kebesaran PT. Sawit Inti Rakyat (SIR), sudah sampai kemana-mana. Lahan sawitnya yang membentang ribuan hektar seolah memberikan kesaksian bahwa apa yang terdengar bukan cerita bualan.

PT. SIR adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit, berikut Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Lahannya luas dan berbatasan langsung dengan Pekanbaru serta Kabupaten Siak. Di Pekanbaru, wilayah yang menjadi 'tetangga' langsung adalah Kelurahan Okura, Pekanbaru.

Warga Okura, sudah sangat lama disuguhi pemandangan betapa hijaunya daun sawit PT. SIR. Sehari-hari, warga tempatan memberikan kenyamanan bagi pekerja di sana untuk beraktivitas. Ikut menjaga lahan itu dengan menjadi anak baik, tidak pernah mereka melakukan tindakan melampui batas.

Pekerjaan utama dari warga Okura, kebanyakan adalah nelayan sungai. Pagi-pagi sekali, mereka sudah mengayuh sampan menyusuri sungai untuk mencari penghidupan dan baru akan pulang setelah seharian menentang matahari.

Kulit mereka yang legam, tak menyurutkan semangat demi anak istri. Dari lubuk satu ke lubuk yang lain, harapannya hanya satu bisa membeli beras esok hari. Tak ada khawatir ketika terombang ambing gelombang speed boat yang melintas, tidak akan takut ketika berhadapan dengan kapal besar. Kondisi itu, sudah makanan mereka sehari-hari serta dijalani sepanjang hidup, turun temurun hingga sekarang.

Warga di Okura, tidak berharap kaya raya, yang mereka harapkan adalah bisa makan dan anaknya bisa sekolah dengan tenang saja sudah cukup.

Namun apa yang mereka alami sekarang, jauh dari kata cukup. Penghasilan sebagai nelayan tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan. Banyak yang banting stir dan nyambi bekerja serabutan, tangkapan ikan atau hasil sungai lainnya, berangsur berkurang hari demi hari.

Dari sini, cerita dimulai!

Kepunan? Istilah ini mungkin sudah familiar terdengar. Artinya kira-kira begini, sangat menginginkan sesuatu tapi tak kesampaian sehingga terus diingat.

Kepunan inilah yang dirasakan oleh warga Okura, Pekanbaru. Wilayah kecil yang dikelilingi perkebunan sawit dan berada persis di pinggir sungai Siak. Di seberangnya, tak seberapa jauh, ada Melebung. Kelurahan yang belum terlalu lama dimekarkan oleh pemerintah yang dulu juga merupakan bagian dari Tebing Tinggi Okura.

Meskipun terbilang kecil, Okura diakui sebagai daerah yang tetap mempertahankan kearifan lokal. Sebelum menjangkau kelurahan ini, kita akan disuguhi perkebunan sawit pada kiri dan kanan jalan. Rata-rata pohon sawit sudah lumayan tinggi, memberikan kesempatan kepala kita bermain untuk menebak usianya.

Diantara perkebunan kelapa sawit itu, ternyata ada perusahaan besar yang selama ini sudah puluhan tahun menjadi 'tetangga' warga Okura, yaitu PT. Surya Intisari Raya (SIR).

Menurut keterangan salah seorang tokoh masyarakat Tebing Tinggi Okura, beberapa waktu lalu, perkebunan PT. SIR ini meliputi Pekanbaru dan Kabupaten Siak. Ada beberapa desa dan kelurahan yang bersentuhan langsung, diantaranya Tualang, Siak dan Tebing Tinggi Okura, Pekanbaru.

Dari cerita tokoh masyarakat itu, diperoleh keterangan yang amat mengejutkan, bahwa selama ini PT. SIR, nyaris tidak menunjukan kepeduliannya terhadap masyarakat tempatan, terutama dalam kemitraan dalam usaha.

"Masyarakat hanya menjadi penonton bagaimana tanah di Okura menjadi tempat tumbuhnya tanaman kelapa sawit dalam jumlah luas milik PT. SIR," katanya.

Warga Okura, bukannya tidak tau bahwa ada undang undang yang mengatur tentang kemitraan berusaha. Sesuai dengan amanat Undang-Undang 39 Tahun 2014, terutama pasal 58 ayat 1, yang dipahami dan dimaknai bahwa perusahaan perkebunan yang memiliki usaha perkebunan, wajib memfasilitasi pembangunan perkebunan masyarakat sekitar paling rendah 20% dari total luas kebun yang di usahakan oleh perusahaan perkebunan.

Jangankan yang sudah menjadi kewajibannya, PT. SIR malah membuat 'ulah' dengan diduga telah melakukan pencemaran lingkungan akibat pembakaran tangkai kosong (tankos) kelapa sawit dalam jumlah besar.

Menyangkut ini, sudah dilakukan upaya untuk klarifikasi oleh Forum Pemuda Peduli Masyarakat Miskin (FPPMM) Kecamatan Rumbai Timur, Pekanbaru. Namun mereka harus kecewa dan mulai gerah dengan tidak kunjung dibalasnya surat klarifikasi tersebut oleh PT. Surya Intisari Raya (SIR).

Menurut Danang, Ketua Pengurus Kecamatan Forum Pemuda Peduli Masyarakat Miskin (FPPMM) Rumbai Timur, Pekanbaru, klarifikasi dugaan pencemaran oleh PT. SIR sudah dikirim melalui surat resmi tanggal 20 Febdruari 2023.

“Kami menduga aktivitas pembakaran tandan kosong kelapa sawit dalam jumlah besar itu dapat mencemari lingkungan dan yang terdampak itu adalah warga Tebing Tinggi Okura,” kata Danang.

Dikatakan, dengan tidak digubrisnya surat ini dapat disebut sebagai salah satu bentuk ketidakpedulian mereka terhadap masyarakat tempatan, terutama Masyarakat Tebing Tinggi Okura yang tanahnya banyak dikuasai untuk ditanami sawit oleh PT. SIR.

Selain surat meminta klarifikasi ke PT. SIR, Danang mengaku bahwa FPPMM sudah mengirim pula surat pengaduan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru.

“DLHK sudah merespon untuk memanggil kita selaku forum pemuda yang melapor. Cuma tinggal menunggu waktu saja. Berbeda dengan PT. SIR yang seolah tidak punya masalah apa-apa,” katanya.

“Kami ini warga tempatan yang bersebelahan dengan lahan mereka, bahkan mayoritas tanah Tebing Tinggi Okura dikuasai oleh PT SIR untuk ditanami kelapa sawit,” tegas Danang.

Menurut Danang, adalah wajar jika kemudian FPPMM atas nama warga kemudian meminta klarifikasi karena ada dugaan kuat telah terjadi pencemaran udara akibat pembakaran tankos kelapa sawit.

Surat dari PK FPPM Rumbai tersebut, ditujukan kepada Direktur PT SIR. Nomor 02/K/FPPMM/PK-RT/II/2023, perihal klarifikasi dugaan pencemaran lingkungan dengan melakukan pembakaran tankos kelapa sawit.

Adapun maksud dan tujuannya adalah untuk meminta klarifikasi dari Pimpinan PT. SIR terhadap dugaan pencemaran lingkungan (udara) dan dampak bahaya asap bagi pernafasan dan kabut dengan melakukan pembakaran tankos kelapa sawit di PKS milik PT SIR yang berlokasi di Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Timur, Kota Pekanbaru yang ditemukan pada 14 Januari 2023.

Surat tersebut, juga dilampirkan beberapa foto yang diklaim sebagai lokasi pembakaran tankos kelapa sawit oleh PT. SIR.

Selain FPPMM, ternyata Aliansi Putra Tempatan Tualang (APTT) sudah pula secara resmi menyurati Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau terkait Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di PT. Surya Intisari Raya (SIR) kebun Sungai Lukut, Selasa (7/3/2023)

Surat pengaduan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua APTT, Safrin yang didampingi Sekjen APTT, Erick Wibowo kepada petugas DLHK Provinsi Riau.

Ketua APTT, Safrin menyampaikan pihaknya sudah menyurati secara resmi dinas terkait, dalam hal ini DLHK Provinsi Riau yang berada di Jalan Jendral Sudirman, Kota Pekanbaru.

“Kita berharap DLHK Provinsi Riau, segera turun ke lapangan guna mengecek dan melakukan tindakan tegas terkait ulah PT SIR Sungai Lukut yang telah mengangkangi aturan terkait Daerah Aliran Sungai (DAS),” tegas Safrin dilansir haluanriau.co.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, Mamun Murod, terkait laporan tersebut menegaskan akan segera menindaklanjuti.

Dari dua 'aksi' tersebut, mungkin dapat disimpulkan bahwa memang ada masalah antara PT. SIR dengan warga tempatan. Jika selama ini saling menjaga, tentu saja hubungan keduanya akan baik-baik saja.

Sayangnya, Humas PT SIR, tak kunjung berhasil dikonfirmasi mengenai hal ini.

Warga Okura memang kepunan dengan kepedulian serta komitmen PT. SIR. Harus ada kejelasan tentang hak dan kewajiban antara perusahaan pemegang HGU dengan masyarakat sekitar sebagaimana diatur undang undang.

Warga Okura, sebetulnya tidak berharap yang aneh-aneh dari PT SIR. Mereka hanya butuh seorang 'ayah'. Ayah, adalah sebutan yang memiliki baju terlapang, tulang punggung terkuat. Tak perlu pandai berbicara cinta dan tak perlu mahir mengurai air mata, karena demi anaknya, ayah harus selalu bilang, ada! Meskipun belum tahu, ada itu akan didapat dari mana ataupun berasal dari siapa! Begini layaknya jika ingin dipanggil ayah, bukan bos!***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index