KAMPAR, AmiraRiau.com- Sebagai bentuk protes dan kekecewaan terhadap kepala desanya dan lambannya penanganan oleh Pemerintah Kabupaten Kampar, masyarakat Desa Pulau Permai, Kecamatan Tambang, Kamis (3/7/2025), memasang beberapa spanduk di ruas jalan raya desa.
Spanduk yang dipasang bersama-sama tersebut, bertuliskan: “Bupati Kampar Jangan Tutup Mata - Masyarakat Pulau Permai Tolak Kepala Desa Asusila”. “Masyarakat Pulau Permai Malu mempunyai Kepala Desa Berprilaku Cabul”. “Masyarakat Pulau Permai Menolak Kades Berprilaku Asusila - Diminta Kepada Bapak Bupati Kampar Copot Kepala Desa Pulau Permai”.

Menurut sumber AmiraRiau.com, aksi Pemasangan spanduk di jalan ini dilakukan oleh warga sebagai bentuk dari kekecewaan Masyarakat terhadap Kepala Desa Pulau Permai Jhonery yang diduga telah berbuat asusila dan mencoreng nama baik pemerintahan desa.
"Oleh karenanya, warga Pulau Permai minta Bupati Kampar Ahmad Yuzar agar segera memproses kepala desa," ujarnya.
Selain dari itu warga juga meminta Bupati Kampar Ahmad Yuzar jagan tutup mata dalam kasus yang telah diperbuat oleh Kepala Desa Pulau Permai.

“Kami warga meminta kepada Bupati Kampar selaku pembina utama kepala desa agar segera melakukan tindakan, memberikan sanksi atas kesalahan dan perilaku tidak baik kepala desa yang berbuat asulila kepada para perempuan di kampung ini,” tegasnya.
“Kami tidak ingin persoalan ini sampai berlarut-larut. Kasus ini sudah berbulan-bulan, namun belum ada kebijakan dari Bupati Kampar untuk menyikapi keluhan masyarakat Pulau Permai. Hal ini tentu menimbulkan kekecewaan terhadap Bupati Kampar Ahmad Yuzar,” tuturnya," kata Zaidul.
Sebelumnya, ratusan warga Desa Pulau Permai, mendatangi rumah Kepala Desa mereka, Jhonery, pada Rabu (14/5/2024). Aksi massa ini dipicu oleh dugaan perbuatan asusila yang dilakukan oleh sang kades terhadap seorang perempuan warga desa hingga hamil.
Warga yang geram menyuarakan tuntutan agar Jhonery segera dicopot dari jabatannya. Mereka kompak meneriakkan nama "Walid", tokoh dalam film viral asal Malaysia yang dikenal karena merayu wanita untuk memenuhi hasrat syahwatnya, sebagai sindiran terhadap perilaku kades yang dianggap mempermalukan nama baik desa.
Saat itu, di tengah kerumunan warga, perempuan berinisial M tampil ke hadapan publik dan mengaku sebagai korban. Ia menyatakan bahwa dirinya telah mengandung 7 bulan akibat hubungan dengan kepala desa.***
Penulis: Ali Akbar