Purnomo Yusgiantoro: Figur Strategis untuk Memimpin IKAL Lemhannas

Minggu, 06 Juli 2025 | 17:16:56 WIB
Purnomo Yusgiantoro

Oleh: Musfi Yendra
[Wakil Ketua IKAL Lemhannas Sumbar/Alumni Taplai 2014]

IKATAN Alumni Lembaga Ketahanan Nasional (IKAL Lemhannas) merupakan simpul penting dari para pemikir strategis dan tokoh lintas sektor yang pernah mengikuti pendidikan Lemhannas. Di tengah tantangan kebangsaan yang kian kompleks dan dinamis, peran IKAL semakin strategis sebagai jembatan pemikiran, forum komunikasi lintas profesi, serta penggerak nilai-nilai kebangsaan yang berakar pada wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Dalam konteks tersebut, sosok Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D., IPU muncul sebagai figur yang sangat layak memimpin IKAL Lemhannas. Bukan hanya karena ia alumni Lemhannas terbaik tahun 1992 dengan penghargaan Wibawa Seroja Nugraha, melainkan juga karena rekam jejak panjangnya dalam kepemimpinan strategis nasional, baik di ranah energi, pertahanan, diplomasi internasional, maupun pendidikan.

Purnomo juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur (Wagub) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI) dalam rentang tahun 1998 hingga 2000.

Purnomo dikenal sebagai teknokrat multidisipliner yang berhasil menjembatani antara dunia kebijakan dan dunia akademik. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral selama hampir satu dekade (2000–2009) serta Menteri Pertahanan RI (2009–2014) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam dua jabatan strategis ini, ia menunjukkan kepemimpinan yang berorientasi pada penguatan kapasitas nasional dan kemandirian bangsa.

Sebagai Menteri Pertahanan, Purnomo mengawal pelaksanaan agenda Minimum Essential Force (MEF), mendorong modernisasi alutsista, serta memperkuat industri pertahanan dalam negeri melalui PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia.

Ia juga menjalin berbagai kerja sama strategis dengan negara sahabat untuk pengembangan teknologi militer, termasuk Korea Selatan, Rusia, dan Jerman. Kepemimpinannya sebagai sosok sipil di lingkungan pertahanan diterima dengan baik oleh TNI, bahkan dihormati karena pendekatannya yang kolaboratif dan strategis.

Lebih dari itu, Purnomo juga membangun jejaring diplomasi pertahanan global yang memperkuat posisi Indonesia dalam forum-forum seperti ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM), ADMM-Plus, dan forum energi internasional. Ia pernah menjadi Gubernur OPEC dan bahkan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal OPEC tahun 2004—pengakuan atas kemampuan diplomatik dan negosiasi tingkat tinggi yang jarang dimiliki oleh tokoh Indonesia.

Pasca menjabat di kabinet, ia mendirikan Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada riset energi, sumber daya alam, ketahanan nasional, serta penguatan kapasitas generasi muda. Melalui PYC, Poernomo konsisten melahirkan gagasan kebijakan berbasis data, mendorong dialog lintas generasi, dan menumbuhkan kesadaran strategis anak muda terhadap isu-isu nasional dan global.

Hal ini menjadi poin penting. Sebab, IKAL Lemhannas bukan hanya wadah nostalgia atau forum senioritas, tetapi harus menjadi ruang konsolidasi nilai dan aksi strategis antar-generasi. Kemampuan Purnomo dalam merekatkan berbagai potensi generasi muda, sekaligus menjembatani pengalaman para senior alumni Lemhannas dengan semangat inovatif generasi baru, menjadikannya figur pemersatu yang dibutuhkan IKAL hari ini.

Ketika fragmentasi sosial-politik menguat dan krisis multidimensi mengancam kohesi bangsa, maka IKAL Lemhannas perlu dipimpin oleh sosok yang dapat membumikan nilai-nilai Lemhannas dalam praktik kebijakan publik, pembangunan sumber daya manusia, dan penguatan wawasan kebangsaan.

Kepemimpinan Purnomo telah menunjukkan itu—bahwa ia mampu tidak hanya berpikir strategis, tetapi juga menggerakkan sistem, menjembatani perbedaan, dan menyusun langkah konkret untuk masa depan bangsa.

Dalam konteks itu, pencalonan Purnomo Yusgiantoro sebagai Ketua IKAL Lemhannas bukan semata-mata tentang siapa yang layak secara administratif, tetapi siapa yang relevan secara strategis. Ia membawa kombinasi langka: kapasitas akademik, pengalaman birokrasi tingkat tinggi, rekam jejak internasional, dan komitmen membina generasi muda. Semua itu dibalut dengan etos Lemhannas: kebangsaan, integritas, dan wawasan strategis.

Dengan segala modal kepemimpinan dan visi kebangsaannya, Purnomo Yusgiantoro bukan hanya layak memimpin IKAL Lemhannas—ia adalah kebutuhan strategis yang mendesak di tengah zaman yang penuh ketidakpastian. Beliau adalah figur yang mampu menyatukan semangat alumni dan memberi suara kuat bagi masa depan anak bangsa.***

Tags

Terkini