APBN Memukau Surplus Rp4,3 Triliun di April 2025, Penerimaan Negara Melesat

APBN Memukau Surplus Rp4,3 Triliun di April 2025, Penerimaan Negara Melesat
Konferensi Pers APBN KiTa yang digelar pada Jumat (23/5/2025) di Aula Mezzanine, Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta.

JAKARTA, AmiraRiau.com - Ketika gejolak ekonomi global yang terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan stabilitas yang menggembirakan. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam Konferensi Pers APBN KiTa pada Jumat (23/5/2025), melaporkan bahwa ekonomi Indonesia berhasil tumbuh sebesar 4,87% pada Triwulan I-2025. Capaian ini didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dari sisi pengeluaran dan kinerja positif sektor manufaktur dari sisi produksi.

Sri Mulyani merinci bahwa konsumsi rumah tangga menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Ekonomi Indonesia yang tumbuh di 4,87% tadi didukung oleh konsumsi rumah tangga," ungkap Menkeu di Jakarta.

Ia menambahkan bahwa konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 54,5% dari total Produk Domestik Bruto (PDB), tetap terjaga mendekati angka 4,9% atau bahkan 5%, tepatnya 4,89%. Ini menunjukkan daya beli masyarakat yang solid.

Meski demikian, Menteri Keuangan menyoroti satu faktor yang perlu diwaspadai dari sisi pengeluaran, yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Sri Mulyani menyampaikan bahwa pertumbuhannya pada Triwulan I-2025 hanya mencapai 2,12%.

"PMTB ini yang perlu untuk kita waspadai karena pertumbuhan di Q1 adalah 2,12%," jelas Menkeu.

Angka pertumbuhan PMTB ini tergolong relatif rendah jika dibandingkan dengan capaian pada empat tahun sebelumnya, yaitu dari 2021 hingga 2024. Oleh karena itu, Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan investasi atau PMTB untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

"Kalau dibandingkan empat pembanding tahun sebelumnya, angka ini relatif rendah sehingga memang investment atau PMTB harus ditingkatkan," tegasnya.

Dari sisi pengeluaran lainnya, konsumsi pemerintah, dalam hal ini belanja negara, mengalami kontraksi sebesar 1,38% dibandingkan tahun lalu. Kontraksi ini dijelaskan Menkeu terjadi karena pada tahun 2024 Pemerintah memberikan bantuan sosial untuk mengatasi dampak El Nino dan adanya belanja pemilu yang tidak terjadi pada tahun 2025 ini. Sementara itu, kinerja ekspor menunjukkan pertumbuhan yang baik sebesar 6,78% dan impor tumbuh 3,96%.

Melihat dari sisi produksi, sektor manufaktur mencatatkan pertumbuhan solid sebesar 4,55%. Selain itu, sektor perdagangan dan pertanian juga menunjukkan kinerja yang baik, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,03% dan 10,52%. Sektor pertanian menjadi bintang dengan lonjakan pertumbuhan yang signifikan.

"Jadi kita lihat tiga sektor terbesar manufaktur, perdagangan, dan pertanian mereka pertumbuhannya relatif stabil di atas 5%, bahkan pertanian melonjak di 10,52%," jelas Menkeu.

Capaian ini menunjukkan ketahanan sektor-sektor kunci perekonomian Indonesia dalam menghadapi dinamika global. Pertumbuhan komponen produksi lainnya juga terlihat dari sektor konstruksi, transportasi, infokom, jasa keuangan, akomodasi makan minum, dan real estate.

Namun, Sri Mulyani mencatat bahwa sektor pertambangan mengalami kontraksi dan memerlukan perhatian lebih lanjut karena pengaruh harga komoditas global. "Untuk sektor-sektor yang tumbuh positif ini kita memberikan apresiasi," pungkas Menkeu, menggarisbawahi upaya pemerintah dalam mendorong sektor-sektor produktif.***

#APBN

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index