Menguak Tradisi Pacu Jalur ada Peran Doa Ibu dan "Magic" Mantra Adikodrati

Menguak Tradisi Pacu Jalur ada Peran Doa Ibu dan

Masyarakat Riau khususnya di Kabupaten Kuansing patut bangga, karena Festival Pacu Jalur telah banyak ditonton wisatawan mancanegara. Anto berharap agar tradisi Festival Pacu Jalur ini dapat terus dijaga dan dilestarikan.

Demi menjaga nama baik daerah, ketertiban, keamanan dan kebersihan wajib dijaga. Supaya event ini bisa tetap dilaksanakan dan disaksikan setiap tahunnya.

Event tradisional pacu jalur di Tepian Narosa, Kuantan Singingi, Riau kian populer dengan ada bocah menari di ujung jalur. Sebab, di media sosial ada banyak aksi memparodikan penari bocah hingga pendayung dari luar negeri.

Festival pacu jalur terbilang unik dan menarik. Sebab, ada penari viral di depan jalur yang terlihat asyik bergoyang ketika jalur berpacu.

Bocah Menari di Ujung Sampan

Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat mengatakan ada tiga orang yang terlihat menari saat jalur melaju kencang. Peran ketiganya berbeda-beda.

Terdapat sejumlah elemen dalam pacu jalur. Element terdiri dari penari, anak pacu, timbo ruang hingga ke tukang onjai.

"Biasanya bocah penari ini akan menari di depan jalur kalau dia menang atau unggul. Kalau masih berimbang biasanya hanya berayun-ayun saja. Setelah finis dia sujud syukur di ujung perahu," kata Roni.

Lantas, kenapa seorang bocah berdiri di ujung sampan? Pemilihan anak-anak bukan tanpa alasan. Sebab, berat badan anak-anak tergolong ringan. Sehingga posisinya berada di depan jalur.

"Anak-anak kan badannya ringan, ada dewasa di tengah itu untuk memberikan aba-aba juga. Lalu di ujung itu agak dewasa sedikit  karena dia akan memberi daya dorong ke jalur namanya onjai," kata Roni.

Pacu jalur sendiri eksis sejak abad ke-17 dan dilombakan biasanya saat hari besar islam. Namun, belakangan, pacu jalur di Kuantan Singingi jadi event tradisional.

Bahkan jauh sebelum dilombakan, jalur di Sungai Kuantan biasa digunakan oleh masyarakat moda transportasi. Termasuk mengangkut komoditi pertanian dan juga perdagangan.

Jalur berasal dari kata 'menjulur' yang memiliki arti panjang menjulur. Pada masa kolonial belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.

Keterlibatan bocah sebagai penari sempat hilang saat event digelar beberapa kali terakhir. Namun untuk tahun ini, semua jalur wajib memiliki tiga elemen seperti penari, timbo ruang dan onjai.

"Sempat dihilangkan untuk penari dan onjai. Tapi mulai tahun ini itu wajib semua jalur ada, kita mau angkat ini sebagai event budaya yang bukan hanya fokus pada juara. Kita bangga karena para penari ini dikenal dunia," kata Roni.

Peran Dukun di Pacu Jalur

Tradisi pacu jalur ini secara kasat mata hanya merupakan tontonan semata. Namun, di balik itu semua diyakini bahwa masih berlangsungnya praktik magis atau perdukunan.

Boleh percaya boleh tidak, kembali kepada diri masing-masing untuk menyikapinya. Perihal adanya magis di arena pacu jalur selalu menjadi perbincangan saat event dilaksanakan.

Praktik magis atau kegiatan perdukunan tersebut berlangsung mulai dari awal perencanaan suatu desa atau kampung ingin membuat jalur. Dalam setiap tahapan-tahapan pembuatan jalur tersebut, peran seorang dukun atau pawang sangat penting demi terlaksananya pembuatan jalur tersebut.

Bahkan, tak jarang masyarakat meyakini bahwa jika dukun dari jalur tersebut terkenal, kuat, hebat maka diyakini jalur tersebut akan memperoleh kemenangan dalam lomba pacu jalur.(MCR)***

Halaman

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index