MUI Pekanbaru Luncurkan Buku Profil Ulama, Ketua MUI: Syaratnya Sudah Wafat Harus Husnul Khotimah

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru melalui Komisi penelitian dan pengkajian menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk menghimpun saran dan masukan dalam menyusun buku profil ulama

PEKANBARU, AmiraRiau.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru melalui Komisi penelitian dan pengkajian menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk menghimpun saran dan masukan dalam menyusun buku profil ulama kharismatik dan panutan masyarakat. Buku ini akan diluncurkan pada tahun 2025 nanti.

Kegiatan FGD berlangsung di Kantor MUI kota Pekanbaru Jalan Sudirman, Kamis pagi (26/12/2024) dibuka langsung oleh Ketua MUI Kota Pekanbaru, Prof Akbarizan, didampingi Sekretaris MUI Pekanbaru, Dr Erman Gani.

Acara juga dihadiri Ketua Komisi Penelitian MUI kota Pekanbaru Dr Sri Nurhayati didampingi Dr Mashuri, pengurus harian MUI Pekanbaru, ketua Komisi MUI Pekanbaru serta beberapa ulama dan ustad di Pekanbaru.

Tujuan dari FGD tersebut adalah untuk meminta saran dan masukan, ulama-ulama mana saja yang nantinya akan diprofilkan dalam buku ini yang mereka semasa hidupnya aktif berdakwah dan menjadi panutan masyarakat.

Buku ini bertujuan untuk mengenang dan mengabadikan kontribusi mereka dalam menyebarkan syiar Islam.

Ketua MUI Pekanbaru, Prof Akbarizan, didampingi Sekretaris MUI Pekanbaru, Dr. Erman Gani mengatakan, bahwa seluruh ulama yang akan diprofilkan dalam buku ini adalah mereka yang semasa hidupnya aktif berdakwah dan menjadi panutan masyarakat.

“Profil ini kami dedikasikan untuk ulama yang tinggal, beraktivitas di Pekanbaru, memiliki banyak jamaah, dan sudah wafat. Syarat utamanya adalah ulama yang telah wafat,” ujar Prof. Akbarizan.

Alasan utama MUI memilih ulama yang telah wafat adalah karena kontribusi mereka dapat dinilai secara utuh hingga Husnul Khotimah sampai akhir hayat.

Jika diambil ulama yang masih hidup dan beraktifitas, dikuatirkan diujung hidupnya belum tentu berakhir Husnul Khotimah bisa jadi ustad atau ulama tersebut melakukan perbuatan tercela seperti korupsi dan lainnya.

“Kita memang tidak memilih ulama yang masih hidup, karena kita kuatir jika kita profilkan bisa jadi ulama tersebut diakhir hidup hayatnya tidak Husnul Khotimah dan melakukan perbuatan tercela,” ungkap Ketua MUI Pekanbaru

Saat ini komisi penelitian dan pengkajian MUI Pekanbaru telah melakukan pendataan sejak dua tahun lalu, untuk menjaring masukan nama-nama ulama yang layak diprofilkan dan telah mengidentifikasi 42 ulama yang memenuhi kriteria tersebut.

Ketua komisi penelitian dan pengkajian MUI kota Pekanbaru Dr. Sri Nurhayati, dalam presentasinya, menjelaskan bahwa pada FGD sebelumnya yang digelar pada tahun 2023, telah disusun rancangan awal mengenai profil 42 ulama Pekanbaru. Profil ini mencakup ulama yang terlibat dalam pergerakan, pendidikan, dan sebagai cendekiawan.

“Hasil penelitian ini mengarah pada 33 ulama yang datanya berhasil dikumpulkan. Namun, dari 33 tersebut, hanya 27 yang memiliki data lengkap mengenai perjalanan hidup dan karya-karya mereka,” jelas Dr. Sri.

Selain itu, Dr. Sri mengungkapkan bahwa beberapa data ulama sulit ditemukan karena keluarga mereka tidak memiliki dokumentasi atau karya tulis terkait perjalanan karir sang ulama. Oleh karena itu, FGD ini digelar untuk mendapatkan masukan dan memastikan bahwa profil 42 ulama yang dimaksud telah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Dalam acara tersebut, terlihat peserta FGD memberikan berbagai masukan terkait penyempurnaan buku tersebut, mulai dari kriteria ulama yang dimasukkan hingga periode waktu yang akan dicakup.

Sebagai penutup, Komisi Penelitian MUI Pekanbaru berkomitmen untuk melakukan penyempurnaan data dan materi yang telah ada agar buku ini siap dicetak dan dapat memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

Beberapa nama yang akan masuk dalam daftar Profil Ulama Pekanbaru salah satunya yaitu: Hasyim Arsyad, Badar Ali Majid ( Tokoh NU), Raja Rusli (Tokoh Muhammadiyah), Abdulllah Hasan (ayah dari Herman Abdullah Ex Walikota Pekanbaru), Helmi Karim , Sulaiman Abdullah, serta Budayawan Tenas Efendi.

Kemudian juga ada H Ilyas M Ali, merupakan Rektor pertama IAIN Susqa Riau yang sekarang dikenal UIN Suska. Kemudian Abdul Jalil, pendiri Universitas Islam Riau (UIR). Selanjutnya H Imam Tahir, imam pertama Masjid Raya Senapelan, dan H Zaini Khalil Ali pendiri RS Ibnu Sina.

Serta ada puluhan nama lagi yang tengah disusun oleh tim peneliti untuk dimasukan menjadi satu dalam Buku Profil Ulama Pekanbaru.***

Penulis: Ady, Editor: Alseptri Ady

gambar