Perang bintang yang sesungguhnya
— kata orang kebanyakan —
Adalah saat pemilihan kepala daerah
AmiraRiau.com- GENDERANG perang para bintang akan segera ditabuh, menunggu waktu penetapan pasangan calon oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dari tahapan demi tahapan yang dilewati termasuk pendaftaran, terdapat 43 pasangan calon yang akan mengikuti kontestasi Pilkada serentak di Riau tahun 2024. Pasangan calon yang sama-sama punya keyakinan untuk menang dan sama-sama percaya diri rakyat akan memberikan amanah itu kepadanya.
Keyakinan itu tentu saja beralasan, semua yang maju dalam perang bintang ini adalah yang benar-benar sudah teruji ketokohannya, terkenal serta tentu saja punya logistik cukup dan jangan lupa, mereka semua punya tipe petarung, ngotot dan jangankan kalah seri saja tak sudi.
Diantara para petarung tersebut, bahkan ada pula yang merupakan petahana. Pasangan tersebut, adalah mereka yang benar-benar diyakini dapat bertahan kecuali ada suatu peristiwa yang memungkinkan pamor dan wibawanya dimata masyarakat menjadi runtuh.
Tapi jangan terlalu pede dulu, bukan tidak ada contoh bagaimana petahana dikalahkan meskipun sudah diberi waktu pemanasan cukup panjang serta stamina kuat. Karena Sebagian besar dari kita percaya bahwa untuk mencapai ke tingkat setinggi seperti itu, adalah kehendak yang Maha Kuasa, kehendak langit!
Saat ini, adalah Waktu dimana masyarakat pada sebuah daerah tidak terlalu menyoroti bagaimana Pilkada di daerah tetangganya. Masing-masing sudah sibuk dengan apa yang terjadi di daerahnya sendiri. Mencari tahu siapa yang terbaik untuk dipilih, meskipun pada prakteknya masyarakat lebih cenderug memilih yang mereka kenal terlebih dahulu. Mengapa? Karena paling tidak, kepentingan mereka di 5 tahun mendatang paling tidak ada harapan dapat disampaikan secara langsung dan itu pasti didengar.
Tapi sejauh ini, tetap saja mayoritas masyarakat ada yang tidak mengenal calonnya sendiri. Mereka hanya sering membaca dan melihatnya melalui media, tetapi tetap saja tidak mengenal secara detil. Demikian pula dengan para calon, mereka juga tidak mengenal dan bisa berkomunikasi secara langsung semua masyarakat yang punya hak suara. Lengkaplah, sudahlah jauh dimata dan jauh pula di hati.
Namun demikian, kita tetap yakin bahwa perang bintang ini akan berlangsung seru dan masyarakat pada akhirnya yang akan menentukan siapa jawaranya di masing-masing daerah. Seru dalam artian semua akan melakukan berbagai cara untuk dapat mencapai maksudnya. Setiap paslon dipastikan akan mensosialisasikan diri berikut programnya ketika memimpin sebagai daya tarik kepada masyarakat pemilih.
Tapi, hendaknya pada saat inilah masyarakat harus menentukan pilihan yang tepat demi kemajuan daerah. Pilihlah pemimpin yang pintar, cerdas dan bukan yang elitis.
Kita tahu bahwa pemimpin yang memiliki kecenderungan elitis adalah pemimpin yang sama sekali tidak mau berbaur dengan masyarakat kebanyakan. Keringat rakyat, bagi mereka adalah aroma yang kurang sedap dan tak selevel dengan mereka yang merupakan pejabat serta punya kasta lebih tinggi.
Ada yang akan berpura-pura, dan itu akan dilakukan hampir semua pasangan saat kampanye nanti, menebar senyum sana sini seolah-olah mengerti betul dengan kondisi yang dihadapi oleh rakyatnya. Padahal mereka merasa tidak nyaman dan berkali-kali meludah ketika sudah menjauh. Jika sudah begini, apa yang disampaikan kepadanya, biasanya hanya sebatas dicatat dan dipastikan akan dilupakan saat sudah terpilih nanti. Nomor handphone apalagi, langsung berganti serta mati total!
Cukup sudah. Cukuplah pengalaman yang sudah-sudah, jangan terulangi lagi.
Namun jangan jadikan itu sebagai alasan tidak mau datang ke tempat pemungutan suara atau TPS. Datang dan tentukan pilihan, karena suara kita nanti akan sangat menentukan kemenangan calon kepala daerah. Dan selain DKI Jakarta, Pilkada kali ini hanya akan berlangsung satu putaran. Tidak ada putaran atau ronde kedua. Jadi mari hargai dan hormati siapapun yang terpilih.
Yang kalah jangan kecewa berlebihan, dan yang menang juga hendaknya tidak terlalu jumawa.***
Penulis: Isman Iriadi