Lemahnya Aliansi Militer Suriah dan Turki?

Senin, 21 Juli 2025 | 19:24:03 WIB

Oleh
Hasrul Sani Siregar, MA
Alumni Hubungan Antarabangsa IKMAS, UKM, Selangor Malaysia

Serangan militer Israel ke Suriah, dengan dalih melindungi komunitas Druze yang memiliki hubungan historis dengan kaum yahudi tidak dapat diterima oleh dunia internasional khususnya dunia arab. Sekali lagi dunia Arab tak dapat berbuat banyak hanya mengecam serangan Israel ke Damaskus, Suriah. Suriah dengan presiden sementara, Ahmed al-Sharaa hanya mengutuk serangan Israel ke negaranya dan tidak berencana membalas secara militer ke Israel. Turki sebagai pendukung Suriah juga tak dapat mencegah serangan Israel ke Suriah. 

Aliansi militer yang dibangun antara Turki dan Suriah sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad oleh pemberontakan pada 8 Desember 2024 tidak dapat mencegah intervensi militer Israel ke Suriah. Sebaliknya presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel menggunakan kelompok minoritas Druze yang terlibat bentrok dengan pasukan keamanan Suriah sebagai dalih untuk memperluas ekspansi ke Suriah. Namun sekali lagi Turki, negara tetangga Suriah tak dapat mencegah intervensi Israel ke Suriah. 

Kelompok minoritas Druze merupakan kelompok minoritas etnoreligius yang berbahasa Arab di Suriah, Lebanon, Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki oleh Israel. Agama kelompok Druze merupakan cabang dari Syiah yang unik. Selama perang saudara di Suriah selama 14 tahun, Druze memiliki milisi sendiri di Suriah selatan. Komunitas Druze telah menentang upaya otoritas atas Suriah bagian selatan dan menentang pemerintahan pusat di Damaskus.

Secara militer Suriah sudah sangat lemah jika berhadapan dengan Israel. Dan berbeda sejak Bashar al-Assad berkuasa di Suriah. Pasukan Demokratik Suriah (Suriah Democratic Front) yang didukung oleh Amerika Serikat melawan pasukan yang didukung oleh Turki. Turki sangat berkepentingan dalam memerangi kelompok Demokratik Suriah yang bersekutu dengan partai pekerja Kurdistan, sebuah kelompok separatis yang dilarang di Turki. Hubungan militer Suriah dan Turki membuat Israel semakin cemas yang mana, Israel dan Suriah masih bersengketa di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai oleh Israel yang dicaploknya dari wilayah Suriah.

Kejatuhan rezim Bashar al-Assad dan keluarganya yang telah berkuasa lebih kurang 50 tahun yang sebelumnya dipimpin oleh bapaknya, Hafez al-Assad. Bashar al-Assad sendiri yang  telah berkuasa selama lebih kurang 24 tahun sejak tahun 2000. Bashar al-Assad dapat melarikan diri ke Rusia dengan dukungan oleh Presiden Rusia Vradimir Putin. Rusia memiliki pengaruh yang sangat kuat baik politik dan militer di Suriah. Beberapa pangkalan militer Rusia berada di Suriah. Faktor kemanusiaan menjadi alasan mengapa Rusia memberikan suaka politik kepada Bashar al-Assad. Tentu tidak hanya faktor kemanusiaan saja, hubungan yang sudah terjalin antara Rusia dan Suriah juga menjadi alasan mengapa Rusia melindungi Bashar al-Assad.

Jatuhnya Damaskus ke tangan kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammed Al Julani telah menandai perubahan konstelasi politik khususnya di kawasan timur tengah dan hubungan mitra strategis dengan Rusia dan Iran. Dengan jatuhnya rezim Bashar al-Assad, tentu mempengaruhi konstelasi politik yang tidak hanya di dalam negeri Suriah sendiri dengan perang saudara yang telah berlangsung selama 14 tahun dan serangan Israel ke Suriah. Dan juga serangan Israel ke Suriah menjadikan konstelasi politik di kawasan Timur Tengah berubah paska kejatuhan Bashar al-Assad. Iran yang dulunya punya pengaruh yang sangat besar di Suriah, juga sangat berkepentingan menjaga pengaruhnya di kawasan Timur Tengah paska perang terbuka dengan Israel dan Amerika Serikat.***

Tags

Terkini