SIAK, AmiraRiau.com- Bupati Siak, Afni Z, memberikan respon cepat atas keluhan petani di Kecamatan Bungaraya, yang air di sawahnya mengering akibat kemarau panjang.
"Saya datang ke Bungaraya karena saya dengar jeritan petani soal kekeringan. Saya tahu persoalannya di lapangan tidak bisa dilihat hanya dari peta. Maka saya turun langsung untuk melihat kondisi sebenarnya,” ujar Bupati Afni di Bungaraya, Selasa (15/7/2025).
Kunjungan ini sekaligus menjadi ruang komunikasi terbuka antara petani, OPD teknis, serta perusahaan yang beroperasi di sekitar kawasan pertanian.
Bupati bersama tim teknis turut meninjau kanal di kawasan gambut di sekitar Suaka Margasatwa.
Di lokasi, ditemukan kanal baru di sisi jalur air primer dan penutupan di aliran utama yang seharusnya menjadi sumber air bagi sawah masyarakat.
“Karena saya tidak punya kewenangan ngurus air dan hutan. Nanti kita koordinasi ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Riau dan Provinsi. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan isu nasional," sebutnya.
Ia menambahkan, apalagi air dari Suaka Margasatwa dari Tasik Betung itu, memang diarahkan untuk kebutuhan irigasi pertanian masyarakat Bungaraya dan Sabak Auh.
“Kalau memang butuh jalan, bangun jembatan. Jangan airnya ditahan. Petani kita harus beli solar untuk pompa, sementara air dari atas justru ditutup. Intinya, air dari Allah itu, air yang disiapkan dari catchment area untuk aliran pertanian, jangan ada yang menghalangi,” tambahnya.
Bupati pun mendorong perusahaan agar terbuka dan memahami persoalan ini sebagai bagian dari keadilan sosial dan arah pembangunan pangan.
“Jangan sampai kita diminta jadi sentra pangan, tapi akses air dikuasai sepihak. Saya minta semua duduk bersama, cari solusi yang adil untuk semua,” ungkap Afni yang juga mantan tenaga ahli Kementerian Kehutanan.
Perwakilan PT. Balai Kayang Mandiri (BKM), Wahyu, menyampaikan bahwa perusahaan siap berdiskusi dan memiliki embung internal yang bisa dimaksimalkan dalam aturan yang berlaku.
Bupati Afni menekankan pentingnya solusi jangka panjang. Selain pompanisasi, Pemkab akan mendorong pembangunan embung, irigasi, pencetakan sawah baru, serta pemanfaatan teknologi pertanian.
“Bungaraya ini lumbung padi kita. Jangan sampai gagal panen hanya karena air. Saya mau solusi permanen. Mimpi besar kami adalah membangun waduk. Kami minta dukungan lahan dari perusahaan, kalau perlu ajukan pinjam pakai. Karena pertanian tidak bisa hanya bergantung pada hujan,” pungkasnya.
Lahan sawah seluas 2.200 hektare membutuhkan air sekitar 2.000 liter per detik. Namun saat ini hanya tersedia 600 liter per detik. Kondisi ini akan membuat sawah gagal tanam atau tidak bisa diolah maksimal.
Keluhan kepada Bupati Afni disampaikan langsung oleh dua kelompok tani dari Desa Langsat Permai dan Kampung Jayapura, yang juga menyampaikan bahwa biaya solar untuk pompanisasi sangat membebani petani.***