KAMPAR, AmiraRiau.com- Aksi blokade jalan terus berlanjut dilakukan ratusan masyarakat Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar hingga hari ke-5, Jumat (12/9/2025).
Meskipun belasan truk pengangkut CPO (Crude Palm) Oil atau minyak kelapa sawit mentah milik PT. Ciliandra Perkasa dan beberapa truk pengangkut buah kelapa sawit masih belum diizinkan masyarakat melewati ruas jalan Pemda dari Salo ke Lipatkain, namun aksi masih berlangsung tertib.
Aksi hari kelima ditandai dengan kedatangan Kapolres Kampar AKBP Boby Putra Ramadhan S dan beberapa personil. Dalam kesempatan ini Kapolres dengan tenang menghadapi curhat dari kelompok emak-emak.
Dari pantauan, seorang emak-emak paruh baya menjadi pusat perhatian saat menyampaikan curhat di hadapan Kapolres. Ia secara lugas menyampaikan kenapa ada aksi seperti ini dan telah berlangsung selama lima hari.
Dikatakan, apa yang dilakukan masyarakat Siabu saat ini tidak terlepas dari upaya untuk menuntut hak masyarakat kepada PT. Ciliandra Perkasa yang telah menguasai tanah ulayat masyarakat Siabu selama 30 tahun. Keberadaan perusahaan ini belum memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
Ia juga menyampaikan harapan masyarakat agar perusahaan kembali memberikan dana kompensasi sebesar Rp 500 juta setiap bulan sebagai kompensasi selama kebun yang diperuntukkan untuk masyarakat dalam masa perbaikan selama tujuh tahun.
“Tahun 2017 lalu kami pernah menerima dana kompensasi sebesar lima ratus juta setiap bulan yang ditandatangani Bupati Kampar saat itu Almarhum Haji Azis Zaenal. Itu hak kami, itu sudah ditandatangani. Anehnya, tiba-tiba dihentikan secara diam-diam. Kami seluruh masyarakat tidak tahu kenapa dana ini berhenti pada tahun 2022. Kompensasi harus jalan selama kebun masih dalam masa perbaikan,” tegasnya.
Ia juga minta pengukuran ulang lahan yang dikuasai PT Ciliandra Perkasa karena dicurigai banyak yang berada di luar Hak Guna Usaha (HGU) yang dikantongi perusahaan.
Selanjutnya dia juga mengungkapkan harapan masyarakat agar lahan yang diperuntukkan masyarakat dipindahkan ke wilayah Siabu, tidak di Desa Bandur Picak, Kecamatan Koto Kampar Hulu karena letak lahan jauh dari Siabu dan masyarakat banyak yang tidak tahu dan lahan di Siabu masih banyak.
Dalam kesempatan ini ia mengungkapkan bahwa masyarakat berjanji tidak akan melakukan tindakan anarkis selama aksi blokade ini berlangsung.
Sementara itu Kapolres Kampar AKBP Boby Putra Ramadhan S meminta masyarakat agar memberikan kesempatan kepada kendaraan truk pengangkut CPO dan buah diizinkan melintasi jalan ini. Namun demikian masyarakat tetap bersikukuh dengan pendiriannya melakukan blokade sampai ada kesepakatan dengan perusahaan.
Kuasa Hukum Koperasi Koperasi Siabu Maju Bersama Roy Irawan, SH ketika diminta keterangannya mengatakan bahwa sampai hari kelima masyarakat tetap bersikukuh belum mau memberikan izin kepada truk-truk yang melewati ruas jalan yang dibangun oleh pemerintah daerah tersebut. Masyarakat juga terus memperjuangkan hak mereka kepada perusahaan dan kepada Pemkab Kampar agar berlaku adil terhadap masalah ini.
Di tempat yang sama, Ketua Koperasi Siabu Maju Bersama, Surya Rinaldi S.TP ketika diminta tanggapannya usai pelaksanaan aksi hari kelima mengatakan, aksi spontanitas masyarakat kembali memanas sebagai bentuk kekecewaan terhadap keputusan rapat yang dipimpin Bupati beberapa hari lalu. Warga melakukan blokade jalan utama untuk menghentikan lalu lintas truk CPO yang dinilai melebihi tonase jalan.
Kapolres Kampar turun langsung ke lokasi dan meminta warga agar memberikan akses bagi mobil CPO menuju PT. Ciliandra. Namun, warga tetap bersikeras tidak membuka jalan sebelum tuntutan mereka dipenuhi.
Menurut warga, keberadaan truk dengan muatan besar telah merusak jalan dan membahayakan keselamatan pengguna lainnya. Mereka menegaskan, aksi ini akan terus dilakukan sampai pemerintah memberikan solusi nyata.
Situasi ini menandakan tingginya tensi antara masyarakat dan pemerintah daerah. Warga berharap aspirasi mereka tidak lagi diabaikan demi menjaga fasilitas umum dan keselamatan bersama.
Sementara itu Kepala Desa Siabu Tarmo menyampaikan bahwa sejak hari pertama sampai hari kelima masyarakat melakukan aksi dengan tertib. Masyarakat mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bahkan sopir truk yang mobilnya tertahan di lokasi.***
Penulis: Ali Akbar