Nestapa Alhilaa Eva Amalia, Anak Yatim di Manna yang Terancam Gagal SAS Karena Nunggak Uang Sekolah

Selasa, 09 September 2025 | 13:55:44 WIB

BENGKULU SELATAN, AmiraRiau.com- Kisah Alhila, murid Kelas VI SD Negeri 5 Bengkulu Selatan, Bengkulu, alangkah penuh nestapa. Anak yatim  ini, terancam tak dapat mengikuti ujian Sumatif Akhir Semester (SAS) karena belum mampu melunasi tunggakan biaya sekolah sebesar Rp 4.595.000.

Kondisi ekonomi keluarganya yang memprihatinkan setelah ditinggal sang ayah ke Rahmatullah, sementara ibunya hanya bekerja sebagai pembuat tahu tempe.

Menurut informasi yang dihimpun AmiraRiau.com, kisah pilu Alhilaa berawal ketika Ibunya memutuskan untuk memindahkan Alhilaa dari MI Makrifatul ILMI. Keputusan tersebut ditempuh setelah ibunya tak mampu membayar uang sekolah Alhilaa yang jumlahnya jutaan tersebut mulai dari kelas 1 hingga kelas 3.

Di tengah kepanikan dan keputusasaan itu serta agar buah hatinya tidak putus sekolah, sang ibu kemudian memindahkan anaknya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 5 Bengkulu Selatan mulai dari kelas IV dan saat ini sudah duduk bangku kelas VI.

Tak disangka, keputusan tersebut kelak ternyata menyimpan duka dan keprihatinan.  Saat Alhilaa akan mengikuti ujian SAS, namanya masih terdaftar di MI Makrifatul ILMI sehingga Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Alhilaa ganda. 

Dapodik ganda ini, menurut dugaan, karena sekolah tempatnya belajar dari kelas 1 sampai dengan kelas III MI Miftahul Ilmi tidak menarik data Dapodik Alhilaa akibat belum melunasi tunggakan uang sekolah.

Menurut pihak SDN 5 Bengkulu selatan, mereka sudah beberapa kali mencoba untuk berkomenikasi dgn pihak Mi Miftahul Ilmi tapi belum ada tanggapan.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan,” ujar M. Unes Juhaini, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah SDN 5 Bengkulu Selatan.

Menurutnya,   hak pendidikan anak harus dijamin dan masalah pembayaran adalah urusan orang tua dengan sekolah, bukan dengan anak.  “Jadi harus ada komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah.

“Kasus Alhila menjadi potret buram dunia pendidikan kita. Di satu sisi pemerintah telah menggalakkan program wajib belajar, namun di sisi lain masih banyak siswa yang terancam putus sekolah atau tidak bisa mengikuti ujian karena biaya,” kata M. Unes Juhaini. 

M. Unes Juhaini berharap pemerintah daerah, pihak sekolah dan masyarakat dapat segera memberikan solusi agar Alhilaa dan siswa lainnya yang mengalami masalah serupa, dapat mengenyam pendidikan tanpa terbebani masalah biaya.***

Penulis: Erlan Saswadi

Tags

Terkini