Kemeriahan Rapat Paripurna DPRD Bersempena HUT Riau ke 66, Ternyata Menyimpan "Kesedihan"

Kemeriahan Rapat Paripurna DPRD Bersempena HUT Riau ke 66, Ternyata Menyimpan

PEKANBARU - Semarak dan kemeriahan Rapat Paripurna Istimewa Sempena HUT Riau ke 66 Tahun yang digelar Rabu (9/8/2023) kemarin, ternyata menyisakan kisah yang menyedihkan. Acara tersebut yang sejatinya menampilkan seni dari anak anak sekolah dasar Teater Salembayung, namun tiba-tiba panitia menghentikan dan mengusir pengisi acara dari lokasi tersebut.

Sutradara dan pimpinan Lembaga Teater Salembayung Riau, Fedli Aziz, Kamis (10/8/2023) menceritakan kronologis lengkap kejadiannya. Awalnya, grup yang dipimpinnya diberi kesempatan untuk pentas sebelum Rapat Paripurna HUT Riau ke-66. Adalah anggota dewan, Eddy M Yatim yang memberikan kesempatan tersebut dengan meminta pada Bagian Umum DPRD Riau selaku panitia pelaksana, pada awal bulan Juli. Hasilnya, Lembaga Teater Salembayung dijadwalkan akan pentas di acara inti sidang paripurna, tepat setelah tari persembahan.

Teater Salembayung mementaskan Opera Tun Fatimah dengan melibatkan aktor yang beberapa di antaranya juga berusia belia (siswa sekolah dasar). Opera Tun Fatimah adalah sebuah lakon berlatar sejarah di Riau.

Latihan digelar sejak bulan Juli, dan dipersiapkan agar bisa tampil sebaik mungkin. Sambil proses latihan, Teater Salembayung juga terus berkoordinasi dengan panitia pelaksana dan melakukan rapat bersama dalam beberapa pertemuan.

Kemudian, beberapa waktu sebelum hari rapat paripurna, Teater Salembayung diminta untuk tidak pentas di acara inti karena dianggap akan mengganggu kesakralan acara tersebut dan berbagai acara lainnya. Hasilnya, Teater Salembayung diminta pentas di sebelum acara inti, atau sebelum rombongan Gubernur Riau dan pimpinan rapat masuk ke ruangan. Teater Salembayung diminta untuk datang pagi-pagi sekali dan pentas ketika tamu masih satu per satu berdatangan.

Hingga di hari acara, tim dari Teater Salembayung datang ke lokasi untuk bersiap menggelar pertunjukan. Awalnya, Salembayung diminta langsung tampil saat tiba. Namun, karena gedung tersebut masih kosong, Fedli meminta untuk menunda waktu pertunjukan. "Untuk apa kami tampil hanya ditonton jejeran kursi kosong?" kata Fedli.

Kemudian, ketika satu per satu tamu berdatangan, Fedli mempertanyakan apakah sudah bisa tampil saat itu. Hal tersebut ditanyakannya pada pihak penanggung jawab, MC, dan bagian Umum DPRD Riau. Menurut keterangan Fedli, saat itu panitia berada di luar gedung dan tidak ada yang mempedulikan grup mereka. "Saya tanyakan apakah jadi kami tampil? Mereka bilang, 'Terserah!'," jelas Fedli.

Fedli kemudian mengambil microphone dan memulai pertunjukannya. Menurut Fedli, saat itu anak-anak sudah menunggu lama untuk pentas, dan panitia sudah tidak peduli dengan mereka juga acara tersebut. Pertunjukan akhirnya dimulai, dan disaksikan oleh para tamu yang sudah satu persatu masuk ke gedung. Baru saja berjalan 10 menit, tiba-tiba ada petugas yang menutup jalur keluar masuk aktor, dan kemudian petugas lainnya datang untuk menghentikan pertunjukan.

"Alasannya adalah gubernur mau masuk, jadi kami diminta berhenti," lanjut Fedli.

Para aktor dan anak-anak tersebut diarahkan oleh petugas untuk keluar dari ruangan. Tentu saja, hal itu membuat Fedli Aziz kecewa berat. Hal yang paling membuat kecewa adalah hancurnya mental anak-anak yang bermain sepenuh hati di pertunjukan tersebut. Anak-anak itu, lanjut Fedli, adalah anak-anak yang tadinya begitu bahagia bisa pentas di sebuah ruangan yang mewah dan banyak bunga, serta ditonton oleh banyak orang. Namun, kejadian itu menghancurkan semangat anak-anak yang sudah latihan sejak bulan Juli lalu.***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index