Oleh: Hasrul Sani Siregar, MA
TELAH dua tahun perang Israel dan Palestina sejak 7 Oktober 2023 lalu yang diperkirakan telah memakan korban jiwa lebih kurang 67.000 orang khususnya warga sipil dan anak anak. Banyak negara-negara termasuk Indonesia sangat prihatin dan menentang invasi Israel ke Palestina khususnya di wilayah Gaza. Akhirnya atas inisiatif presiden Amerika Serikat, Donald Trump disepakati gencatan senjata secara bertahap antara Israel dan kelompok Hamas. Kesepakatan gencatan senjata dikemas dalam KTT perdamaian Gaza bertempat di Sharm El-Sheikf Mesir. KTT perdamaian Gaza ini telah diprakarsai oleh negara-negara di Timur tengah seperti Qatar, Mesir dan Turki. Indonesia yang merupakan salah satu negara yang cukup keras menentang pendudukan Israel di Palestina diundang untuk menghadiri KTT perdamaian Gaza dengan latar belakang “KTT Sharm El-Sheih “Peace 2025”.
Selama ini negara seperti Turki secara keras menentang pendudukan dan penyerangan terhadap Gaza. Sejak perang antara Israel dan Kelompok Hamas, Turki telah memanggil pulang duta besarnya untuk Israel dan memutuskan kontak dengan Perdana Menteri Netanyahu. Turki menganggap bahwa Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap Palestina dan penduduk sipil. Turki menganggap Israel tidak lagi berupaya untuk menghentikan perang dan pendudukan terhadap wilayah Palestina khususnya di Gaza. Disepakatinya gencatan senjata di Gaza, telah memumngkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza yang selama ini dihalangi oleh Israel dengan membrokir masuk ke Gaza. Tragedi kemanusiaan terhadap misi kapal kemanusiaan yang bernama Global Sumud Flotilla (GSF) merupakan salah satu kejahatan yang dilakukan oleh Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza, Palestina.
- Baca Juga Posisi ASEAN Terhadap Myanmar
Dukungan Indonesia terhadap Palestina
Indonesia sejak awal konflik Israel dan Palestina mengambil posisi mendukung Palestina dan menolak intervensi dan invasi terhadap Gaza, Palestina. Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas aktif dalam upaya menciptakan perdamaian dunia telah sejalan dengan upaya keterlibatan Indonesia dalam perjuangan negara Palestina menjadi negara merdeka dan selalu mendukung perdamaian di kawasan Timur Tengah khususnya antara Israel dan Palestina dan negara-negara Arab lainnya yang berkonflik dengan Israel. Dalam pidato Presiden Prabowo Subianto di majelis umum Perserikatan Bangsa-bangsa dengan tegas menolak Israel yang secara terus menerus melakukan penyerangan terhadap wilayah Gaza, Palestina yang mana korbannya penduduk sipil dan anak-anak. Dan sebaliknya mendukung perdamaian di wilayah tersebut.
Di dalam negeri, dukungan yang begitu luas terhadap perjuangan rakyat Palestina dari penjajahan Israel, telah memberi dampak terhadap politik luar negeri indonesia yang pro kepada perjuangan rakyat palestina yang hingga kini masih dibelenggu oleh rezim zionis Israel. Tentu sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dalam upaya menciptakan perdamaian dunia. Indonesaia secara konsisten berperan secara aktif dalam membantu penanganan korban agresi Israel dan menuntut hak hak rakyat Palestina di forum forum Internasional.
Politik luar negeri yang pro terhadap Palestina tentu sangat relevan dimainkan oleh pemerintah Indonesia yang juga didukung oleh kebijakan dalam negeri yang selalu mendukung perjuangan rakyat Palestina. Oleh yang demikian, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya menggalang kekuatan dari negara-negara di dunia untuk saling mendukung dalam mencapai perdamaian. Dan harapannya KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Perdamaian Gaza yang dihadiri oleh lebih dari 20 pemimpin negara dapat menghasilkan perdamaian yang permanen dan membangun kembali wilayah Gaza dan sekitarnya yang hancur akibat perang yang telah berlangsung selama dua tahun.***
(Hasrul Sani Siregar, MA. Penulis: Alumni Hubungan Antarabangsa IKMAS, UKM, Selangor Malaysia/Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau)