Oleh
Hasrul Sani Siregar, MA
Alumni Hubungan Antarabangsa IKMAS, UKM, Selangor Malaysia/
Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau
Cukup mengejutkan bahwa ada warga negara Indonesia (WNI) yang di tahan di Myanmar (Burma). Dikhabarkan seorang influencer yang berprofesi sebagai pengiat sosial di tuduh oleh Junta Militer Myanmar mendukung pihak pemberontak yang melawan Junta Militer Myanmar. Saat ini di Myanmar sedang berkonflik antara etnis yang ada di Myanmar dengan pihak Junta Militer. Pertanyaannya bagaimana seorang influencer tersebut memasuki wilayah Myanmar yang dikenal cukup tertutup dan sangat sulit untuk memasuki wilayah Myanmar dalam kondisi perang antara Pemberontak dengan pihak Junta Militer Myanmar?. Sorang influencer atau pemengaruh media sosial telah dijatuhi hukuman 7 tahun penjara yang dituduh mendanai kelompok pemberontak di Myanmar. Hal tersebut diketahui dalam rapat kerja bersama antara Kementerian luar negeri dan DPR RI yang disebut ada seorang warga negara Indonesia (WNI) di tahan di penjara Insein Yangon, Myanmar.
Seorang warga negara indonesesia tersebut dikhabarkan memasuki wilayah Myanmar secara ilegal dan melakukan pertemuan dengan pihak pemberontak dan tidak disebutkan dengan pihak pemberontak yang mana dalam pertemuan tersebut. Di Myanmar banyak pemberontak yang sedang berkonflik dengan pihak junta militer Myanmar. Warga negara Indonesia tersebut di tuduh melanggar undang-undang anti terorisme dan undang-undang keimigrasian tahun 1947 dan section 17 unlawful Association act. Kelompok pemberontak dari etnis Shan di negara bagian Shan (Shan State) menjadi kelompok pemberontak yang terus menentang junta militer Myanmar. Dilaporkan beberapa bulan yang lalu, junta militer Myanmar melakukan gempuran terhadap kelompok dari etnis Shan di negara bagian Shan (Shan State).
- Baca Juga Perdana Menteri Thailand Digoyang?
Pemberontakan di Myanmar
Tidak hanya dari kelompok pemberontak dari etnis Shan saja, kelompok pemberontak dari etnis lainnya seperti dari etnis minoritas Karen, Arakan, Kachin, Mon, Naga, Wo dan Mon juga melakukan perlawanan terhadap junta militer Myanmar sejak tahun 2010. Kelompok-kelompok tersebut merupakan kelompok monoritas yang sering ditindas oleh rezim militer Myanmar yang merupakan mayoritas dari kelompok Burman (Burma). Dari kelompok pemberontak Karen dan juga yang lainnya terus melakukan perlawanan diperbatasan Thailand-Myanmar. Kelompok kelompok tersebut terus memerangi rezim junta militer Myanmar. Telah banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak baik dari etnis minoritas dan juga dari kalangan junta militer Myanmar.
Di negara bagian Rakhine juga bergejolak antara pemberontak Rakhine (oleh Junta Militer Myanmar dianggap pemberontak). Negara bagian Rakhine merupakan negara bagian yang terletak di pantai barat Myanmar yang saat ini mayoritasnya di tempati para etnis Rohingya yang sebagian besarnya sudah mengungsi ke negara negara tetangga terdekatnya yaitu di Bangladesh akibat di kejar dan diancam di bunuh oleh rezim junta militer Myanmar. Negara bagian Rakhine berbatasan dengan negara bagian Chin di utara, bagian Magway, bagian Bago, dan bagian Ayeyarwady di timur, Teluk Benggala di barat, dan divisi Chittagong di barat laut, Bangladesh.
Boleh dikatakan bahwa, sejarah Burma (Myanmar) berawal dari kedatangan orang-orang Mon di Asia Tengah. Mereka mendiami wilayah bagoan Thailand sepanjang Tenasserim dan Delta Irrawady. Pengaruh yang paling besar adalah agama. Dari India datang hindusime dan Buddhisme. Keduanya membekas dalam peradaban etnis Mon. Gelombang kedua pendatang di Myanmar setelah orang Mon adalah orang Tibeto-Myanmar dari utara. Orang Myanmar yang merupakan etnis terbesar di Myanmar yakin bahwa nenek moyang mereka oalah orang Pyu, Kanyan dan Thek.
Di Myanmar tengah telah ditemui daerah kota purba orang Pyu. Situs kota-kota Pyu telah digali di Halim dan Thavekhitlaya. Sudah jelas bahwa orang Pyu adalah keturunan orang Myanmar Tibet di Mongolia, mereka sama dengan kebudayaan India. Hal ini pula disebabkan karena kedatangan orang India dari barat dan berhasil memguasai orang Pyu. Oleh karena ini pula, menurut sejarah Myanmar, raja-raja Myanmar yang paling awal berdarah pangeran India.
Orang atau dari etnis Shan yang terbesar mendiami di wilayah negara bagian Shan (Shan State) yang merupakan kelompok etnis terbesar ketiga dan termasuk kelompok orang Thai yang paling banyak tersebar di Indo-China. Orang Shan pertama kali disebutkan dalam prasasti baru Myanmar pada abad ke-12. Dalam abad ke-13 datanglah gelombang baru pelarian orang Thai karena orang Mongol makin memperluas wilayahnya. Mereka kemudian bermukim di daratan tinggi timur wilayah Myanmar dan daerah yang sekarang di sebut Thailand.