Oleh
Hasrul Sani Siregar, MA
Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau/
Alumni Hubungan Antarabangsa IKMAS UKM, Selangor Malaysia
LAHIR pada tahun 10 Juli 1925, Tun Mahathir Mohamad di 10 Juli 2025 nanti akan berusia 100 tahun. Tun Mahathir Mohamad memerintah Malaysia sebagai Perdana Menteri dua kali, pertama yaitu dari tahun 1981 hingga 2003 selama lebih kurang 22 tahun, kedua untuk kali kedua pada tahun 2018 hingga tahun 2020. Pada pilihanraya (pemilihan umum) ke-14 pada 9 Mei 2018, Tun Mahathir Mohamad kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia untuk kedua kalinya setelah koalisi partainya yang menamakan diri sebagai koalisi Pakatan Harapan (PH) yang berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional (BN). Dengan kemenangan tersebut, Tun Mahathir diangkat kembali sebagai Perdana Menteri Malaysia untuk kedua kalinya.
Tun Mahathir Mohamad dikenal sebagai pemimpin tangguh di masanya yang mana Malaysia dikenal sebagai negara yang masyarakatnya multi-kultural, multi-ras, multi-agama, dan multi-bahasa. Dalam bukunya A Doctor in the House: The Memoirs of Tun Dr. Mahathir Mohamad banyak bercerita tentang kepemimpinan dan kehidupan beliau sebagai seorang dokter. Seorang pemimpin harus bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus memperhatikan rakyatnya. Dalam sistem demokrasi, sebuah negara membebaskan bagi rakyatnya untuk memilih pemimpin yang dirasa mampu untuk memimpin negaranya.
- Baca Juga Timor Leste dan Xanana Gusmao
Pemimpin itu harus berkemampuan untuk merasakan degup jantung dan nadi rakyatnya. Memahami keresahan dan impian rakyat merupakan cara berpikir pemimpin untuk meraih kesejahteraan rakyatnya. Yang penting adalah apa yang harus dilakukan pemimpin terpilih untuk melaksanakan tanggung jawabnya terhadap rakyatnya, supaya mencapai kedudukan sebagai pemimpin nasional. Kepemimpinan nasional dapat terwujud ketika seorang pemimpin mampu merasakan apa yang dialami masyarakatnya. Memahami keresahan, impian, serta harapan rakyatnya yang akan membuat seseorang pemimpin tersebut bisa mencapai kepemimpinan nasional.
Terdapat beberapa hal yang menarik yang disampaikan oleh Tun Mahathir Mohamad yang membagi pengalamannya ketika menjadi Perdana Menteri Malaysia yaitu metode yang dilakukan beliau dengan menemukan titik permasalahan di pemerintahannya. Tun Mahathir Mohamad yang sebagai dokter, melihat dan mengamati suatu isu maupun masalah dari sudut pandang pengobatan. Beliau mengawali dengan penyelesaian masalah dengan cara mendiagnosa permasalahan yang diibaratkan sebagai penyakit yang menjangkit suatu negara beserta rakyatnya. Apa masalahnya dan bagaimana menangani permasalahan yang muncul tersebut. Setelah mengetahui masalah yang muncul, maka dicari solusi terhadap permasalahan yang ada tersebut.
Adakalanya permasalahan yang ada tersebut memerlukan terobosan yang cepat ditangani, jika tidak akan berdampak terhadap roda pemerintahan secara keseluruhannya. Seorang pemimpin harus memiliki keberanian untuk membuat keputusan dan tindakan tersebut meski dinilai pahit namun demi kepentingan mayoritas rakyat dan negaranya harus dilakukan. Tun Mahathir Mohamad menyebut, pemimpin negara yang baik haruslah memiliki empati terhadap kondisi rakyatnya dan mau memperjuangkan masa depan rakyatnya.
Ada beberapa catatan yang cukup keras yang dilakukan oleh Tun Mahathir Mohamad pertama; Tun Mahathir Mohamad mengkritik kebijakan yang dilakukan oleh mantan Gubernur Bank Sentral Malaysia, Muhammad Ibrahim yang diduga menyalahgunakan keuangan negara selama menjabat Gubernur Bank Sentral Malaysia. Kedua; Tun Mahathir Mohamad mengkritik keras mantan Perdana Menteri Najib Razak yang melakukan penyalahgunaan dalam skandal 1MDB (1 Malaysia Development Berhad). 1MDB merupakan perusahaan investasi di bawah pengawasan pemerintah Malaysia. Puluhan triliun rupiah uang rakyat Malaysia diduga disalahgunakan oleh manajemen 1MDB. Tun Mahathir Mohamad sangat keras mengkritik penyalahgunaan perusahaan tersebut.***