Pemprov Riau Minta Maaf, Ada Miskomunikasi Saat Penampilan Teater di Paripurna DPRD Riau

Pemprov Riau Minta Maaf, Ada Miskomunikasi Saat Penampilan Teater di Paripurna DPRD Riau
Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Erisman Yahya.

PEKANBARU - Pemerintah provinsi Riau melalui Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Riau menyayangkan ada miskomunikasi  terhadap pemain Teater Selembayung yang Tampil di Acara Sidang Paripurna DPRD Riau Dalam Rangka HUT ke-66 Provinsi Riau.

Menurut kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Riau Erisman Yahya MH, Pihaknya sangat menyayangkan kejadian yang dinarasikan sebagian pihak sebagai "Pengusiran" terhadap para pemain Teater Selembayung yang sedang performance.

"Kami meyakini hal ini terjadi karena miskomunikasi di lapangan atau tempat acara. Atas ketidaknyamanan tersebut, kami atas nama Pemerintah Provinsi Riau menyampaikan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya," ujar Erisman.

Erisman  menegaskan bahwa kejadian tersebut sama sekali tidak ada hubungan dengan Bapak Gubernur Riau Syamsuar. Beliau sama sekali tidak mengetahui insiden tersebut. Bahkan beliau baru tahu insiden tersebut melalui pemberitaan di Media.

Oleh karena itu, mohon tidak mengait-ngaitkan kejadian tersebut dengan Bapak Gubernur Riau. Apalagi menuding Bapak Gubernur Riau tidak komit dengan Budaya Melayu. Jelas-jelas hal itu sangat tidak berdasar.

Karena sudah mulai memasuki tahun-tahun politik, maka sebaiknya mari sama-sama jaga kondusifitas di Negeri Melayu Provinsi Riau. Agar Provinsi Riau tetap aman dan nyaman bagi semua pihak.

Dimana berita sebelumnya Semarak dan kemeriahan Rapat Paripurna Istimewa Sempena HUT Riau ke 66 Tahun yang digelar Rabu (9/8/2023) kemarin, ternyata menyisakan kisah yang menyedihkan. Acara tersebut yang sejatinya menampilkan seni dari anak anak sekolah dasar Teater Salembayung, namun tiba-tiba panitia menghentikan dan mengusir pengisi acara dari lokasi tersebut.

Sutradara dan pimpinan Lembaga Teater Salembayung Riau, Fedli Aziz, Kamis (10/8/2023) menceritakan kronologis lengkap kejadiannya. Awalnya, grup yang dipimpinnya diberi kesempatan untuk pentas sebelum Rapat Paripurna HUT Riau ke-66. Adalah anggota dewan, Eddy M Yatim yang memberikan kesempatan tersebut dengan meminta pada Bagian Umum DPRD Riau selaku panitia pelaksana, pada awal bulan Juli. Hasilnya, Lembaga Teater Salembayung dijadwalkan akan pentas di acara inti sidang paripurna, tepat setelah tari persembahan.

Teater Salembayung mementaskan Opera Tun Fatimah dengan melibatkan aktor yang beberapa di antaranya juga berusia belia (siswa sekolah dasar). Opera Tun Fatimah adalah sebuah lakon berlatar sejarah di Riau.

Latihan digelar sejak bulan Juli, dan dipersiapkan agar bisa tampil sebaik mungkin. Sambil proses latihan, Teater Salembayung juga terus berkoordinasi dengan panitia pelaksana dan melakukan rapat bersama dalam beberapa pertemuan.

Kemudian, beberapa waktu sebelum hari rapat paripurna, Teater Salembayung diminta untuk tidak pentas di acara inti karena dianggap akan menganggu kesakralan acara tersebut dan berbagai acara lainnya. Hasilnya, Teater Salembayung diminta pentas di sebelum acara inti, atau sebelum rombongan Gubernur Riau dan pimpinan rapat masuk ke ruangan. Teater Salembayung diminta untuk datang pagi-pagi sekali dan pentas ketika tamu masih satu per satu berdatangan.

Kemudian, ketika satu per satu tamu berdatangan, Fedli mempertanyakan apakah sudah bisa tampil saat itu. Hal tersebut ditanyakannya pada pihak penanggung jawab, MC, dan bagian Umum DPRD Riau. Menurut keterangan Fedli, saat itu panitia berada di luar gedung dan tidak ada yang mempedulikan grup mereka.

“Saya tanyakan apakah jadi kami tampil? Mereka bilang, ‘Terserah!’,” jelas Fedli.

Fedli kemudian mengambil microphone dan memulai pertunjukannya. Menurut Fedli, saat itu anak-anak sudah menunggu lama untuk pentas, dan panitia sudah tidak peduli dengan mereka juga acara tersebut. Pertunjukan akhirnya dimulai, dan disaksikan oleh para tamu yang sudah satu persatu masuk ke gedung. Baru saja berjalan 10 menit, tiba-tiba ada petugas yang menutup jalur keluar masuk aktor, dan kemudian petugas lainnya datang untuk menghentikan pertunjukan.

“Alasannya adalah gubernur mau masuk, jadi kami diminta berhenti,” lanjut Fedli.

Para aktor dan anak-anak tersebut diarahkan oleh petugas untuk keluar dari ruangan. Tentu saja, hal itu membuat Fedli Aziz kecewa berat. Hal yang paling membuat kecewa adalah hancurnya mental anak-anak yang bermain sepenuh hati di pertunjukan tersebut.

Anak-anak itu, lanjut Fedli, adalah anak-anak yang tadinya begitu bahagia bisa pentas di sebuah ruangan yang mewah dan banyak bunga, serta ditonton oleh banyak orang. Namun, kejadian itu menghancurkan semangat anak-anak yang sudah latihan sejak bulan Juli lalu.***

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index