PEKANBARU (AmiraRiau.com) – Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Riau menggelar diskusi multistakeholder tentang Perluasan Kesempatan Ekonomi Melalui Peningkatan Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kantor Bappeda Pekanbaru, Rabu, 24 November 2021. Kegiatan ini adalah rangkaian Program Go Digital ASEAN yang sudah berlangsung sejak Tahun 2020 lalu.
Diskusi dibuka oleh Ketua Bappeda Kota Pekanbaru, Ahmad dan dihadiri oleh sejumlah wakil institusi terkait, perwakilan perempuan dan disabilitas penerima manfaat program yang ada di Pekanbaru dan luar Pekanbaru.
“Di program ini PPSW Riau melakukan pendampingan kepada masyarakat, khususnya kaum perempuan dan kelompok marginal untuk membantu perluasan ekonomi mereka melalui teknologi digital,” kata Direktur PPSW Riau, Herlia Santi.Program besutan The Asia Foundation yang didukung Google.org tersebut mengembangkan program Go Digital ASEAN di semua negara ASEAN. Program ini didesain untuk memberi keterampilan memanfaatkan teknologi digital bagi UMKM dan angkatan muda yang belum bekerja, terutama di wilayah pedesaan dan wilayah tertinggal, dengan memberi perhatian khusus kepada kelompok marginal seperti perempuan dan penyandang disabilitas. Program ini menyasar 200,000 penerima manfaat di seluruh negara ASEAN, 60% di antaranya adalah perempuan dengan 40% dari kalangan angkatan kerja muda.
Di Indonesia, Go Digital ASEAN dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan Asosiasi Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) yang telah banyak melakukan pendamping kelompok-kelompok perempuan di wilayah-wilayah desa tertinggal. Dengan mengusung tema “Perluasan Kesempatan Ekonomi Melalui Peningkatan Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi”, implementasi program di Indonesia dilaksanakan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan pemanfaatan teknologi digital kepada lebih dari 20.000 orang pelaku UMKM dan angkatan muda pencari kerja yang lebih dari setengahnya adalah perempuan.
Sebanyak 2,000 kelompok disabilitas usia produktif juga ditargetkan untuk menerima manfaat program ini. Wilayah penerima manfaat tersebar di 820 desa di 8 Provinsi yang meliputi Riau, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Saat ini sejumlah 45 mentor dan 820 sukarelawan desa telah direkrut. Mereka nantinya diharapkan untuk mendampingi pelaku UMKM dan angkatan muda pencari kerja di desa-desa tersebut.
Untuk wilayah Riau, program ini diimplementasikan oleh anggota Asosiasi PPSW, yaitu PPSW Riau di 3 Kabupaten yaitu Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Rokan Hilir yang juga merupakan daerah dampingan dari PPSW Riau. Selama program, kegiatan ini telah melibatkan 6 orang mentor, 100 orang volunteer, dan jumlah penerima manfaat mencapai 2.275 penerima manfaat, di mana 798 orang diantaranya berasal dari Kota Pekanbaru. Adapun 798 orang penerima manfaat dari Pekanbaru tersebar di 33 kelurahan.
Kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan TOT kepada mentor, training kepada volunteer, sharing dan pendamping. Materi yang diberikan mulai dari materi dasar pembuatan akun email, backup dan keamanan akun, pentautan ke akun media social, perencanaan keuangan, dompet digital dan m-banking serta pengguaan aplikasi talkback bagi penyandang netra. Untuk materi lanjutannya meliputi pembuatan cv dan membuat lamaran pekerjaan melalui portal pencarian kerja melalui kormo dan jobstreet, dan materi tentang perencanaan usaha melalui canvas bisnis dan pengenalan online market place.
Dari hasil kegiatan tersebut para penerima manfaat meningkat kepercayaan dirinya dalam menggunakan smartphone yang mereka miliki untuk melamar pekerjaan, mengakses pelatihan kerja maupun usaha dan juga untuk meningkatkan penjualan di UMKM yang dirintis oleh penerima manfaat. Berdasarkan laporan dari para volunteer dari penerima manfaat tersebut ada yang sudah mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan usahanya setelah mendapatkan sharing dan pendampingan dari para volunteer. Dari hasil kegiatan tersebut para penerima manfaat meningkat kepercayaan dirinya dalam menggunakan smartphone yang mereka miliki untuk melamar pekerjaan, mengakses pelatihan kerja maupun usaha dan juga untuk meningkatkan penjualan di UMKM yang dirintis oleh penerima manfaat.
“Hasil baik ini ingin kami bagikan kepada stakeholder setempat untuk dapat direplikasi, kembangkan dan dilanjutkan sebagai sebuah inisiatif untuk mendorong agar anak-anak muda dan khususnya perempuan serta kelompok disabilitas untuk dapat berperan aktif dalam mengakses peluang ekonomi dan memanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan taraf perekonomiannya, sehingga perekonomian daerah juga akan turut meningkat,” tandas Herlia Shanti
Peserta diskusi multistakeholder yang berlangsung dari pagi hingga siang hari tadi terdiri dari unsur pemerintah daerah, lembaga masyarakat,volunteer dan penerima manfaat, Hadir juga perwakilan Asosiasi PPSW dan perwakilan dari The Asia Foundation dan Google.org. Sesuai dengan aturan protokol kesehatan maka pertemuan ini akan dilakukan secara hybrite (offline dan online) dimana jumlah peserta yang malakukan pertemuan langsung dibatas maksimal 25 orang. (Rls)

