Oleh: Hasrul Sani Siregar, MA
ANGGOTA baru ASEAN bertambah dengan masuknya Timor Leste dalam komunitas ASEAN. Timor Leste secara resmi dideklarasikan sebagai anggota ASEAN ke-11 dalam KTT ASEAN ke-47 bertempat di Kualalumpur, Malaysia. Dengan masuklnya Timor Leste dalam keanggotaan ASEAN, maka kini ASEAN memiliki 11 negara anggota dalam kawasan Asia Tenggara. Lebih kurang 12 tahun, Timor Leste menunggu untuk di terima secara penuh menjadi anggota ASEAN semenjak Negara tersebut mengajukan secara resmi tahun 2011. Secara prinsip menerima Timor Leste menjadi anggota ASEAN. Pada tahun 2022, Timor Leste resmi mendapat status pengamat (observer state) setelah disetujui oleh ke-10 anggota ASEAN yang membuka jalan menuju anggota penuh ASEAN. Dengan bergabungnya Timor Leste dalam ASEAN akan memasuki era baru yang lebih inklusif. Ini akan memperkuat integrasi kawasan dan membuka peluang kerjasama yang lebih luas di bidang ekonomi, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan.
Timor Leste, sebelumnya bernama Timor Timur yang merupakan provinsi ke-27 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lebih kurang 23 tahun, terhitung sejak tanggal 17 Juli 1976 hingga 30 Agustus 1999, Timor Timur menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Timor Timur menjadi provinsi yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan oleh Presiden Soeharto ketika itu hingga berpisahnya provinsi tersebut dari NKRI. Hingga kini dan semenjak 30 Agustus 1999, Timor Timur telah menjadi negara merdeka dan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui referendum (jejak pendapat) yang dilakukan oleh PBB (United Nations) yang juga disaksikan oleh Australia dan Indonesia.
- Baca Juga Isu LCS dalam KTT ASEAN ke-47
Hasil referendum di Timor Timur, menunjukkan 79% rakyat Timor Timur yang berhak memilih, menginginkan kemerdekaan dan pisah dari NKRI sedangkan 21% rakyat Timor Timur tetap menginginkan menjadi bagian dari NKRI dengan status Otonomi yang seluas-luasnya. Dalam referendum tersebut 2 opsi dipilih oleh rakyat Timor Timur yaitu opsi pertama; merdeka dan pisah dari NKRI dan opsi kedua; tetap menjadi bagian dari NKRI dengan status otonomi yang seluas-luasnya. Sebelum Timor Timur merdeka, Portugal menyebutnya sebagai “Provincia Ultramarina” (Provinsi Seberang Lautan) dan dinyatakan sebagai “Integral Part of Portugal”. Setelah pisah dari NKRI, nama Timor Timur berganti nama dengan Timor Leste (Republica Democratic Timor Leste).
Secara de facto, Timor Leste merdeka pada 30 Agustus 1999, setelah referendum dilaksanakan yang sebagian rakyat Timor Timur menginginkan kemerdekaan dan pisah dari NKRI dan secara de facto pula, Timor Leste telah memiliki wilayah, penduduk (rakyat) serta memiliki Pemerintahan, walaupun ketika itu, Pemerintahan di Timor Leste dijalankan oleh Badan PBB (United Nations) yaitu “The United Nations Transitional Administration in Timor Leste”, (UNTAET). UNTAET bertugas dan bertanggung-jawab selama masa transisi hingga terbentuknya Konstitusi Timor Leste pada 24 Maret 2002. Presiden pertama yang terpilih yaitu bekas pemimpin FRETILIN yaitu Xanana Gusmao pada 14 April 2002.
Berdasarkan Piagam ASEAN, Timor Leste dapat bergabung ke dalam keanggotaan ASEAN melalui proses dan tahapan-tahapan yang memungkinkan negara tersebut di terima menjadi anggota ASEAN. Diantara proses tersebut diantaranya pertama; mengikuti perkembangan dan pertumbuhan dalam kawasan ASEAN, kedua; mengimplementasikan kesepakatan dan ketiga; menyampaikan secara resmi ke Sekretariat ASEAN keinginan menjadi anggota ASEAN. Semua proses tersebut telah dilalui oleh Timor Leste. Dan faktor yang mendukung keikutsertaan Timor Leste menjadi anggota ASEAN yaitu didasarkan faktor geografis. Letak dan posisi negara Timor Leste terletak di kawasan Asia Tenggara serta didukung oleh faktor budaya, emosional serta kedekatan wilayah (sempadan) dengan saudara-saudara di nusa tenggara timur, Indonesia. Dengan masuknya Timor Leste dalam ASEAN akan melengkapi ASEAN sebagai kekuatan regional di kawasan Asia Tenggara dalam menghadapi konstelasi politik Internasional.***
(Hasrul Sani Siregar, MA. Penulis; Alumni Hubungan Antarabangsa, IKMAS, UKM, Selangor, Malaysia/Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau).