JAKARTA - Pembebasan lahan untuk pengembangan Pulau Rempang, Batam mendapatkan penolakan dari warga setempat hingga memicu bentrokan pada Kamis (7/9/2023).
Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku pemilik hak pengelolaan lahan (HPL) di Pulau Rempang, tengah berupaya melakukan pembebasan atau pengembalian lahan dengan memasang patok lahan. Namun, tindakan tersebut mendapat penolakan keras dari warga.
Adapun, Pulau Rempang memiliki luas sekitar 17.000 hektare. Rencananya, akan dikembangkan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City yang akan mengubah permukaan pulau tersebut menjadi kawasan pengembangan terintegrasi untuk industri, jasa/komersial, agro-pariwisata, residensial, dan energi baru dan terbarukan (EBT).
Berikut 5 fakta pengembangan Pulau Rempang di Batam:
- Digarap Anak Usaha Grup Artha Graha Milik Tomy Winata
- Sempat Tertunda 18 Tahun
Pengembangan kawasan Rempang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari arah kebijakan dan langkah-langkah strategis pengembangan Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK).
Pengembangan Rempang ini sebetulnya sudah berjalan sejak 2004 silam, yang ditandai dengan adanya nota kesepahaman antara Pemkot Batam dan Otorita Batam dengan PT MEG. Nota kesepahaman itu terkait rencana pembangunan kota wisata di Rempang dan Galang. PT MEG yang merupakan anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tommy Winata ini mendapatkan konsesi kerja selama 80 tahun. Sayangnya, rencana tersebut harus tertunda lantaran adanya masalah pembebasan lahan.
Proyek pengembangan Pulau Rempang diyakini akan memberikan keuntungan bagi negara dari sisi realisasi investasi, dan juga BP Batam selaku pemegang hak pengelolaan lahan di pulau tersebut dari sisi pemasukan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
- Investasi dari China
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, komitmen investasi Xinyi itu bakal menggenjot upaya hilirisasi pasir silika atau kuarsa di dalam negeri untuk menjadi produk akhir kaca hingga panel surya mendatang.
“Oleh-oleh paling paten, hari ini Presiden menyaksikan penandatanganan MoU antara pemerintah Indonesia dengan Xinyi, ini perusahaan terbesar di dunia pemain kaca dengan market share kurang lebih 26 persen,” kata Bahlil melalui keterangan pers secara daring, Jumat (28/7/2023).
Dirilis Bisnis.com sebelumnya, karena investasi hilirisasi pasir kuarsa bernilai besar tersebut, maka warga Rempang yang telah puluhan tahun bermukim di pulau tersebut harus direlokasi ke Sijantung di Pulau Galang dalam waktu dekat ini.
- Penolakan Warga
Listyo Sigit mengatakan, beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak terkait dengan beberapa kelompok masyarakat. Misalnya, BP Batam telah menyiapkan relokasi dan ganti rugi terhadap lahan yang akan dieksekusi. "Terkait Pulau Rempang, sebagaimana kita ketahui bahwa disana ada kegiatan terkait dengan pembebasan atau mengembalikan kembali lahan milik otoritas batam yang saat ini dikuasai oleh beberapa kelompok masyarakat," ujarnya di Jakarta Pusat, Kamis (8/9/2023).
Hanya saja, terdapat beberapa aksi kerusuhan di lokasi pembebasan lahan sehingga hal itu membuat aparat melakukan upaya-upaya penertiban. "Ada beberapa aksi, karena ada beberapa aksi yang kemudian hari ini dilakukan upaya2 penertiban. Namun demikian, upaya musyawarah, upaya sosialisasi penyelesaian dengan musyawarah mufakat menjadi prioritas hingga kemudian masalah di batam, pulau rempang bisa diselesaikan," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, warga setempat berjaga-jaga di sekitar Jembatan IV Barelang untuk menghalangi BP Batam memasang patok lahan, dalam beberapa minggu terakhir ini. Puncak dari perselisihan tersebut yakni bentrokan yang terjadi pada Kamis (8/9/2023).
Di lokasi, aparat memaksa untuk menerobos masuk barikade warga di jembatan tersebut untuk melakukan penertiban. Sementara, warga melempari aparat dengan batu, yang kemudian dibalas oleh aparat dengan menggunakan water cannon dan gas air mata.
- Penjelasan BP Batam
"Sesuai pesan Kepala BP Batam, masyarakat jangan terprovokasi isu miring. Serap informasi dengan baik sebelum meneruskannya di media sosial. Tetap jaga persatuan," ujar Ariastuty, Jumat (8/9/2023).
Ariastuty juga menyampaikan bahwa situasi Kawasan Rempang dalam keadaan kondusif pasca pemblokadean pintu masuk Jembatan 4 Barelang oleh sekelompok masyarakat. Kabar tersebut didapat berdasarkan laporan terkini tim satuan tugas yang berada di lapangan. Tepatnya di areal Jembatan 4 Barelang dan Rest Area Simpang Rezeki Galang.
"Situasi pagi ini kondusif. Masyarakat sekitar pulau pun diharapkan dapat beraktivitas seperti biasa," pungkasnya.***