Oleh Chaidir
TIDAK ada pertunjukan yang tak berakhir. Panggung pilkada serentak 2024 pun demikian, babak demi babak selesai, tutup layar. Di Riau Bumi Lancang Kuning Laut Sakti Rantau Bertuah, babak penutupnya terjadi di Siak Negeri Istana dengan happy ending; melahirkan seorang tokoh perempuan tangguh, laksana Kaisar Romawi terkenal, Julius Caesar (tahun 47 SM) yang punya motto “veni vidi vici”, aku datang aku lihat, aku taklukan.Dr Afni tentu saja bukan Julius Caesar. Tapi untuk Riau, perjuangannya dalam pilkada serentak paling melelahkan. Siak adalah satu-satunya daerah yang harus melakukan Pemungutan Suara Ulang (PSU) sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Dengan keunggulan suara amat tipis (hanya 0,1 % atau 224 suara dari jumlah suara sah), Dr Afni harus mempertahankan kemenangannya dalam PSU, peluangnya 50:50, alias fifty-fifty; menang atau kalah peluangnya sama besar. Tapi terjadilah apa yang terjadi, pasangan Dr Afni – Syamsurizal Budi calon bupati dan wakil bupati tampil sebagai pemenang mengungguli pasangan petahana Alfedri – Husni Merza.
- Baca Juga Taktik Jemput Bola
Menariknya, Dr Afni, sebelum MK memutuskan PSU, ketika kongkurensi politik terasa sangat panas di MK dan di lapangan, Dr Afni menyikapinya secara bijak. Hal ini terbaca dari opini impressive Dr. Afni yang dimuat amirariau.com 4 Februari 2025, sehari sebelum MK mengumumkan putusan sela sengketa selisih hasil pilkada Siak, antara dinyatakan dismissal (berarti gugatan pemohon ditolak) atau dilanjutkan ke pokok perkara dengan pemeriksaan bukti dan saksi. Peluangnya, dengan kerendahan hati ditulis Dr Afni, 50:50.
Mengawali opininya yang sangat mengesankan, Dr Afni mengutip sebuah adagium asas hukum, Actori In Cumbit Probatio. Siapa yang mendalilkan gugatan, maka dialah yang wajib membuktikan. “Jadi besok saat nonton putusan yang dibacakan Hakim MK untuk sengketa Pilkada Siak, saya mengajak relawan dan simpatisan Paslon 02 santai-santai saja. Toh yang digugat bukan kita. Meski yang dituduh curang adalah kita bersama penyelenggara, mari sikapi dengan santun dan bijaksana saja”, tulis Dr Afni.
Bagaimanapun saya sangat merasa terhormat dan bangga bisa mengambil bagian dari sejarah Pilkada Siak sampai ke titik ini. Meski melelahkan, tapi sebagai seorang akademisi, sangat saya syukuri dan nikmati. Menambah khazanah keilmuwan yang hakiki”, lanjut Afni terasa sejuk.
Dr Afni menyebutkan bahwa, bohong jika ia tidak menginginkan dismissal, setelah begitu dahsyatnya bertarung melawan kekuatan incumbent yang begitu kuat dari segala arah. Tapi bila sengketa selisih hasil Pilkada Siak memang diputuskan sampai kepada sidang pembuktian pokok perkara, ia tetap akan menghadapinya dengan tersenyum.
Klimaks pilkada serentak di Riau terjadi, ketika seluruh mata tertuju ke Siak, seorang perempuan hebat dan tangguh tampil sebagai pemenang melawan petahana (incumbent). Petahana yang kalah, Alfedri dan Husni Merza pasti telah berjuang sekuat tenaga dan berikhtiar dengan segala cara dalam koridor peraturan perundangan, bahkan bersama penasehat hukumnya berhasil meyakinkan MK melalui dalil-dalil gugatannya untuk menjatuhkan vonis PSU. Eloknya, ketika PSU diselenggarakan dan dia kalah, Alfedri dan pasangannya menunjukkan jiwa kesatria langsung mengucapkan selamat kepada Dr Afni dan Syamsurizal yang dipilih oleh masyarakat Siak sebagai Bupati dan Wakil Bupati Siak untuk periode 2025-2030. Dan Dr Afni dalam konferensi persnya dengan simpatik mengajak seluruh masyarakat Siak untuk bersatu membangun Siak ke depan. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Alfedri, Husni Merza dan seluruh pendukung dan simpatisan yang luar biasa. “Mari bersatu untuk Siak yang kita cintai, Siak segala-segalanya bagi kita, dan kita segala-galanya untuk Siak. Mari sama sama kita bangun kabupaten ini, mohon maaf jika ada kesalahan,” kata Afni.
Hal senada juga disampaikan Alfedri dan Husni Merza. “Dengan sudah terpilihnya Dr Afni dan Syamsurizal sebagai bupati dan wakil bupati segala persoalan dan segala hal yang terjadi di lapangan, antartim, antarkubu, di seluruh Kabupaten Siak kami harapkan ini sudah berakhir,” kata Alfedri. Dia juga meminta untuk bersatu meningkatkan kepercayaan kepada Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk membawa Siak ke arah yang lebih baik dan menjadi kabupaten yang berkemajuan. “Mari kita bersinergi untuk Siak maju dan lebih baik lagi ke depan, siapapun yang menjadi pilihan rakyat,” kata Alfedri.
Kedewasaan politik yang ditunjukkan oleh Dr Afni beserta pasangannya dan juga petahana Alfedri beserta pasangannya, merupakan pembelajaran politik dari Siak Negeri Istana. Kewibawaan Istana Asserayyah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur, simbol Kerajaan Siak yang masih berdiri megah di Siak Sri Indrapura, agaknya ikut memberi sugesti pengiriman pesan damai untuk Riau bahkan juga untuk Indonesia. Yang menang dan yang kalah saling menghormati untuk selanjutnya bersatu membangun negeri. Masyarakat Siak itu ibarat air, “air dicincang putus tiada”; “biduk lalu kiambang bertaut.”
Bila dalam perjalanan waktu kelak Dr Afni berhasil mempertahankan karakter kepemimpinan perempuan yang hebat dan tangguh, kepemimpinan yang penuh percaya diri dan harga diri, ia akan jadi ikonik kepemimpinan perempuan, tidak hanya di Siak, tetapi juga di Riau, bahkan secara nasional. Masalahnya rimba belantara politik yang dimasuki Dr Afni penuh onak dan duri, juga satwa predator. Namun sebagai orang beriman, kita yakin dan percaya bahwa Allah itu Maha Teliti, dan kebenaran akan mencari jalannya sendiri. Sebanyak-banyak orang tak suka, orang yang suka jauh lebih banyak dan mereka siap mengawal perempuan pemimpin ekonik ini ke depan. Tahniah Dr Afni, Syabas!!***
(Dr. drh. H. Chaidir, MM, Penulis, adalah Ketua Umum Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau – FKPMR; Ketua DPRD Provinsi Riau dua periode 1999-2004 dan 2004-2008).